jatimnow.com - Sebanyak 52 warga di Ponorogo pindah ke Malang karena terkena doktrin kiamat. Mereka bahkan rela menjual rumah dan pekaranganya dengan harga yang sangat murah.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Najib Hamid mengatakan, kondisi tersebut menunjukkan masih banyak warga negara Indonesia yang belum terdidik.
"Sehingga gampang termakan isu atau informasi yang tidak benar. Bagaimana mereka memahami kalau di Ponorogo kiamat, tapi di Malang tidak," katanya kepada wartawan di kantor PWM Jatim, Jalan A Yani, Surabaya, Rabu (13/3/2019).
Baca juga: Video: Warga Terdoktrin Kiamat Nyoblos Pemilu di Ponorogo
Baca juga: Ini Tanggapan Bupati Ponorogo Soal 52 Warga yang Terdoktrin Kiamat
"Masak ada kiamat lokal. Saya kira, ini tugas kita bersama untuk memberikan pendidikan ke warga. Masak warga sampai tidak tahu kiamat itu apa," tuturnya.
Nadjib juga menyesalkan aset-aset milik warga yang dijual sangat murah. Seperti rumah yang dijual Rp 10 juta sampai Rp 30 juta.
"Kenapa mobilnya, rumahnya dijual sangat murah. Jangan-jangan ada aspek gendamnya juga. Ini harus diselidiki siapa yang melakukan doktrinasasi dan siapa yang membeli aset-aset mereka," tambahnya.
Baca juga: Nyoblos Pemilu, Warga Ponorogo yang Terdoktrin Kiamat Pulang Kampung
Mantan komisioner KPU Jawa Timur ini menambahkan, jika ada hal tersebut, maka aparat yang di lingkup desa, harus ikut melakukan pencegahan dan memberikan pendidikan kepada warga.
"Aparat di desa yang paling dekat dengan masyarakat mestinya peka. Kalau ada peristiwa aneh, harusnya bisa melakukan pencegahan," sambungnya.
"Kalau jual beli aset mereka dirasa nggak wajar, harusnya dibatalkan. Itu jual beli tidak sah. Aparat tidak serta merta menghalangi, tapi itu upaya melakukan pencegahan demi kemaslahatan warga," terangnya.
Nadjib meminta orang yang membeli aset warga tersebut juga dilacak.
Baca juga: Pemkab Jemput 60 Warga Ponorogo Eksodus ke Malang, Ini Hasilnya
"Saya curiga, tolong dilacak pembeli aset mereka. Apakah ada korelasi positif," jelasnya.
Sebelumnya 52 warga dari 16 kepala keluarga (KK) di Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo berbondong-bondong pindah ke Malang. Mereka berpindah ke Malang karena diduga mendapatkan doktrin tentang kiamat.