jatimnow.com - Tidak semua orang mengetahui adanya kompleks makam kuno di hutan jati, Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo, termasuk Dinas Pariwisata (Dispar) Banyuwangi.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramudya, saat dikonfirmasi mengaku baru tahu adanya kompleks makam kuno disana.
"Dimana? (ada areal pemakaman kuno)," katanya saat dihubungi jatimnow.com, Minggu (12/5/2019).
Baca juga: Ini Makam Dempul Kediri yang Disebut Sebagai Tempat Berkumpulnya Jin-jin Muslim
Seakan penasaran, Yanuar mengejar pertanyaan seputar makam kuno tersebut.
"Ceritanya A1 dari siapa?," cecarnya.
Bram, sapaan akrabnya, juga menyarankan untuk memastikan kebenaran informasi itu kepada keluarga Gus Dur.
"Perlu konfirmasi ke pihak keluarga Gus Dur juga," cetusnya.
Kompleks makam tersebut diketahui milik penyebar agama Islam di Tanah Jawa dari negeri Rum.
Beliau tak lain Syekh Al Maulaya. Di tanah Jawa, beliau juga dijuluki Syekh Mulyo atau Syekh Akbar (Kubro). Syekh Mulyo juga diketahui sebagai sepupu dari Syekh Subakir.
Di areal pemakaman itu pula ada makam ayah dari Syekh Mulyo yakni Syekh Kamaluddin Sarbiqoni Sayyidtullah. Juga, makam dari puluhan tokoh masa lampau tanah Jawa. Seperi Aryo Murti.
Makam para orang suci ini berada di tengah belantara hutan Jati di Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo. Tepatnya di petak 76 kawasan Gunung Gamping, yang kini secara administratif dikelola Perhutani Banyuwangi Selatan.
Menurut cerita babat desa setempat, areal pemakaman kuno itu sudah diketahui ada sejak 1603. Dan lokasi ini juga sebagai basis pertahanan para pejuang pada masa penjajahan Belanda.
Baca juga: Waduh! 10 Ribu Makam di Kota Malang Terancam Hilang
Seiring perjalanan jaman, areal pemakaman yang banyak ditumbuhi pohon Klampis hitam, ini terlantar. Hingga akhirnya pada 1996, jejak sejarah tanah Jawa, itu kembali 'ditemukan'.
"Yang menemukan (kembali) makam itu yakni Muhammad Said Abu Bakar Sabitullah. Beliau ahli waris dari Syeh Mulyo," jelas salah satu pelestari makam Syekh Mulyo, Edy Yanto, Minggu (12/5/2019).
Baca juga: Cerita Gus Dur Temukan Makam Kuno di Hutan Banyuwangi
Namun, pada saat itu warga masih belum mengetahui siapa gerangan pemilik makam tersebut. Hingga akhirnya, Muhammad Said Abu Bakar, melakukan penelusuran bersama sejumlah temannya.
Dia didampingi Gus Safik, Pengasuh Pondok Pesantren Mambaus Salam, Tulungagung, menuju ke rumah Gus Dur di Ciganjur. Gus Dur sendiri juga dikenal sebagai arkeolog spesialis makam tokoh sejarah.
"Datanglah Gus Safik dan teman-teman ke rumah Gus Dur di Ciganjur. Waktu itu Gus Dur baru saja jadi Presiden," kata Edy Yanto, anggota kelompok pelestari makam Aulia.
Baca juga: Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Tanah Makam di Pasuruan Segera Disidangkan
Rombongan Gus Safik saat datang sempat ditolak oleh ajudan Gus Dur. Tak dinyana, justru Gus Dur keluar dari pintu rumah dan langsung memanggil Gus Safik beserta teman-temannya.
"Herannya, sebelum teman-teman sampaikan maksud kedatangannya ternyata Gus Dur sudah tahu dulu jika mereka akan bertanya tentang makam," ungkapnya lagi.
Dari pertemuan itu, Gus Dur bercerita jika jauh hari sebelumnya pernah melakukan tirakat selama 3 bulan di makam tersebut. Itu dilakukan setelah Gus Dur mendapat perintah dari keluarga besarnya untuk menelusuri jejak leluhurnya.
"Menurut cerita Gus Dur, beliau diminta keluarganya untuk mencari makam leluhurnya yang ada di ujung Timur Jawa. Dan ternyata makam Syech Kamaludin dan Syeh Mulyo yang dimaksud," urainya.
Gus Dur memastikan bahwa makam tersebut memang makam para Aulia yang tertua di tanah jawa. Bahkan Gus Dur menuliskan permintaan khusus di selembar kertas kepada masyarakat.
"Saya berpesan kepada seluruh umat islam khususnya warga Nahdhliyin dan para Ulama dan Umaroh tolong lestarikan dan rawatlah keberadaan makam Auliya' tersebut," pungkas Edy, membacakan penggalan tulisan di selembar kertas yang terdapat tandatangan Gus Dur.