jatimnow.com - Sayembara Arsitektur Geopark Nasional Banyuwangi (GNB) yang digelar di Banyuwangi, diikuti 63 tim dari beberapa penjuru nusantara. Bahkan beberapa peserta berasal dari Singapura.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, sayembara desain arsitektur bangunan ini sebagai pusat informasi pariwisata. Terdapat 63 tim yang antusias dan telah mengirimkan karyanya.
Konsep bangunan yang diwajibkan yaitu mengangkat kekhasan budaya lokal Banyuwangi. Seperti bangunan-bangunan yang telah ada, mulai dari bandara, pendopo, taman-taman, hotel, destinasi, kampus dan puskesmas.
Baca juga: Sayembara Nama Stadion Baru, Jembatan Bandar Ngalim Kapan Selesai, Wis Mandek mandek...
"Untuk pusat informasi Geopark Nasional Banyuwangi ini, yang ternyata disambut antusias oleh para arsitek," kata Bupati Anas, Rabu (3/7/2019).
Setelah melihat karya para arsitek yang mengikuti sayembara tersebut, Bupati Anas mengaku terkesan. Meski unsur kebudayaan yang diangkat ke dalam desain bangunan terasa kental, tapi terlihat modern.
Para arsitek ada yang mengangkat tema Alunan Osing, Umyah Puthuk dan Tumpeng Sewu, yang mencerminkan kebudayaan dan memperkuat identitas ke-banyuwangi-an. Material yang diajukan pun rata-rata menggunakan bahan lokal, seperti bambu dan bebatuan.
Baca juga: Sayembara Nama Stadion Baru Kediri, Simak Syarat dan Ketentuannya
Kepala Dinas PU Bina Marga Cipta Karya dan Penataan Ruang Banyuwangi Mujiono menambahkan, dari 63 tim arsitek yang mengirimkan karyanya itu ditampilkan di Pelinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, mulai 1 hinga 12 Juli 2019.
"Kami tidak menyangka ternyata sayembara ini mendapat perhatian besar dari para arsitek. Ada yang dari Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, hingga Singapura. Ini menggembirakan karena secara tidak langsung mereka mempercayai Banyuwangi untuk mewujudkan karyanya," ungkap Mujiono.
Murut Mujiono, Pusat Informasi Pariwisata GNB itu nantinya akan difungsikan sebagai sumber informasi tentang keberagaman geologi, keanekaragaman hayati dan budaya di sekitar situs-situs GNB. Apalagi Banyuwangi telah ditetapkan sebagai kawasan Geopark Nasional yang saat ini dalam proses pengajuan masuk jaringan geopark dunia (Global Geopark Network-UNESCO).
Lokasi pusat informasi geopark itu direncanakan berdiri di lahan seluas 8.200 meter persegi di tengah areal persawahan Desa Kenjo, Kecamatan Glagah. Kenjo merupakan salah satu desa di Banyuwangi yang berada tak jauh dari kaki Gunung Ijen. Warga desa setempat dikenal sebagai Suku Osing atau masyarakat lokal Banyuwangi.
Baca juga: Ribuan Nahdliyin Banyuwangi Hadiri Resepsi Puncak 1 Abad NU di Sidoarjo
Mujiono menambahkan, puluhan desain dari para peserta saat ini telah masuk tahap penjurian. Kriterianya, meliputi unsur orisinalitas, karakter bangunan, budget yang efisien, ramah disabilitas, dan arsitektur yang hijau dan ramah lingkungan.
Dari karya yang masuk, akan dipilih 15 besar lalu disaring kembali menjadi tiga finalis.
"Tiga besar akan presentasi di hadapan para juri dan Bupati Anas pada 13 Juli 2019 mendatang. Jurinya kami melibatkan Ikatan Arsitek dari Surabaya, Malang hingga budayawan Banyuwangi," tutur Mujiono.