jatimnow.com - Pemerintah terus mendorong daerah untuk melakukan ekspor untuk mengembangkan ekonominya. Melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), pemerintah terus berupaya mendorong ekspor di sektor hortikultura.
Langkah itu ditempuh untuk mengatasi defisit neraca perdagangan. Sebab, neraca perdagangan Indonesia pada akhir tahun lalu mengalami defisit sebesar 8,70 miliar Dolar Amerika. Namun sektor non migas masih dapat memberikan surplus sejumlah 4 miliar Dolar Amerika. Surplus ini menunjukkan bahwa potensi ekspor non migas masih sangat besar dan apabila dioptimalkan akan dapat memberikan kontribusi positif serta mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia, yang pada Semester I-2019 ini masih defisit sebesar 1,93 miliar Dolar Amerika.
Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono mengatakan langkah awal untuk ekspor hortikultura kerjasama dengan 13 kepala daerah.
Baca juga: Airlangga Hartarto Temui Petani Milenial Lamongan, Dorong Penggunaan Pupuk Organik
"Hari ini kita mulai tandatangan MoU antara pemerintah daerah, kepala daerah dengan kami yang menggulirkan kebijakan ini (ekspor hortikultura)" kata Susiwijono, saat konferensi pers di Hotel Aston Kota Madiun, Senin (12/8/2019).
Dia menjelaskan, potensi ekspor hortikultura luar biasa. Alasannnya, komoditi yang ditingkat kompetisi global unggul dari yang lain dan marketnya masih ada.
"Kalau hortikultura kita masih unggul dan tentu ada kariernya," jelasnya.
Baca juga: Begini Progres Pengembangan Lumbung Pangan dari Sumatera Hingga Papua
Selain itu, Susiwijono menyebut bahwa lahan di Indonesia untuk menanam pisang maupun nanas masih luas. Kemenko Perekonomian juga sudah menyiapkan satu progam nasional khusus bagaimana mengembangkan hortikultura untuk mendorong ekspor dan ekonomi daerah.
"Nanti Pak Dirjen Bea Cukai menyiapkan kawasan terikat hortikultura. Teman-teman di Dirjen Hortikultura kita dorong untuk menjadi komoditi unggulan, selama ini dengernya kalau urusan pertanian beras dan sebagainya. Sekarang kita dorong, karena harga daya saingnya di pasar global tinggi," terangnya.
Dengan begitu, petani lebih untung, karena nilai pendapatannya akan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan rasio ketersediaan lahan.
Baca juga: Program Konversi ke Kompor Listrik Tidak Diberlakukan Tahun Ini
"Semua sama-sama mulai dari Madiun ini. Kita dukung sekali, sekian banyak bupati duduk bersama ada 13, kita sepakat, kita gulirkan bagaimana mengembangkan holtikultura untuk meningkatkan ekspor dan ekonomi daerah," pungkasnya.
Selain Susiwijono, focus grup discussion (FGD) itu juga dihadiri Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud, dan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kemenko Perekonomian Bambang Adi Winarso.
FGD ini juga dihadiri para kepala daerah dari 13 kabupaten/kota yang akan melakukan pengembangan komoditas hortikultura khususnya pisang secara klaster.