jatimnow.com - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengaku tidak mengetahui bahwa aksi pengelurukan Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya atau Asrama Kalasan, beberapa hari lalu, dikomandoi salah satu kader Partai Gerindra yang juga caleg DPRD Kota Surabaya dapil 3 bernama Tri Susanti.
Meski begitu, ke depan, politisi Partai Gerindra ini berjanji akan melakukan tindakan represif terkait dengan itu.
"Ya itu bagian yang ingin kita tahu, secara langsung info yang kita ingin dapatkan klarifikasi dan ini saya kira perlu ada investigasi dari sumbernya," kata Fadli Zon ditemui saat gagal bertemu dengan perwakilan penghuni Asrama Mahasiswa Papua tersebut, Rabu (21/8/2019).
Baca juga: Tim Sepak Bola Jatim Peluang Lolos Perempat Final PON XXI 2024 usai Kalahkan Papua
Namun, sebelum menemui yang bersangkutan, Fadli Zon belum bisa mengklarifikasi terkait apa yang dilakukan oleh kader Partai Gerindra tersebut.
"Ya pokoknya kita ingin dari semua pihak kita dengar. Kita tidak ingin menyimpulkan apapun dulu. Sebelum kita dapatkan informasi dari pihak yang ada. Ini respon kita," ungkapnya.
Baca juga: Papua Nugini Kunjungi Jawa Timur, Proyeksikan Kerja Sama Sektor Ini
Tri Susanti atau Susi disebut-sebut sebagai Korlap Aksi Ormas Surabaya di depan Asrama Kalasan beberapa waktu lalu. Susi pun meminta maaf di depan media terkait adanya salah satu oknum yang meneriakkan kalimat rasis saat mendatangi Asrama Kalasan. Ia mengaku mendatangi asrama Kalasan hanya untuk membela Merah Putih yang isunya dirusak hingga dibuang.
Selain itu, Fadli Zon mengaku juga ingin mengetahui apa saja yang menjadi pemicu kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Manokwari, Papua Barat sesuai yang dikatakan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dengan menyebut jika kericuhan tersebut bermula dari perseteruan antara mahasiswa Papua dengan ormas di Malang dan Surabaya, dengan dugaan diawali dengan adanya ucapan rasisme.
Baca juga: GM FKPPI Soal 6 Prajurit TNI Gugur Diserang KKB di Papua: Diplomasi Perlu, Ketegasan Militer Wajib
"Saya kira ujaran rasial itu termasuk bagian yang harus diinvestigasi. Saya kira itu sangat sensitif, tidak boleh di manapun di seluruh dunia ucapan seperti itu," tambahnya.
"Saya kira mungkin bisa menyakiti hati. Jadi kita berharap ada investigasi dengan informasi yang berakurat," sambung Fadli Zon.