jatimnow.com - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman meninjau pabrik gula milik PT. Rejoso Manis Indo (RMI), di Desa Rejoso, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, Rabu (9/10/2019). Mentan meninjau pertumbuhan pabrik gula berbasis tebu ini.
Tiba di Blitar, Mentan Amran langsung menuju gudang penyimpanan gula milik PT. RMI. Ia menyebut sepuluh pabrik gula yang ditargetkan pemerintah hingga tahun 2020 ialah berbasis tebu rakyat.
Sepuluh pabrik gula berbasis tebu yang berdiri di Indonesia di antaranya berada di Kabupaten Blitar, Lamongan, Blora, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Jeneponto serta Kabupaten Sumba NTT.
Baca juga: Swasembada Gula Nasional, PG Pesantren Baru Kediri Targetkan Produksi 62.642 Ton
"Ini bukan pabrik gula refinery. Semuanya berbasis tebu. Ini tebu sendiri. Ini semua kami konsep berbasis tebu. Jadi tidak ada lagi (pabrik) refinery yang dibangun untuk impor raw sugar, tidak," tegasnya.
Menurutnya, pemerintah pusat menargetkan produksi gula putih (white sugar) meningkat satu juta ton per tahun. Target itu dipatok melalui 10 pabrik gula berbasis tebu baru yang tersebar di Indonesia tersebut.
Ia membeberkan, hingga saat ini, produksi gula putih di Indonesia mencapai 2,5 juta ton per tahun dengan kebutuhan 2,7 hingga 2,8 juta ton. Jika 10 pabrik gula berbasis tebu yang baru didirikan dapat memproduksi secara optimal, maka Indonesia mampu menaikkan jumlah produksi white sugar sebesar satu juta ton.
"Sepuluh pabrik telah dibangun ada yang sudah giling dan tinggal dua yang segera diresmikan. Targetnya adalah kita memproduksi white sugar satu juta ton tambahan per tahun. Artinya kalau ini dioptimalkan, kita akan swasembada white sugar," terang Menpan Amran.
"Kalau untuk gula rafinasi, kita harus membangun 10 hingga 15 unit pabrik gula lima tahun ke depan. Kalau itu terpenuhi, Indonesia (swasembada) white sugar, rafinasi, raw sugar, lima tahun ke depan kita bisa penuhi," lanjutnya.
Baca juga: PG Ngadiredjo Kediri Optimis Capai Target 65 Ribu Ton Gula di Musim Giling 2024
Ia mengaku, kendala yang dihadapi pemerintah dalam rangka swasembada gula putih ialah ketersediaan air. Karena rata-rata lahan pertanian yang ditanami tebu ialah lahan tadah hujan. Meski demikian, sudah ada sejumlah solusi terkait optimalisasi lahan kering.
"Lahan kita kan ada lahan kering. Kita optimalkan lahan kering tadah hujan ini dengan menggunakan sistem drip irrigation. Jadi airnya masuk lewat bawah, langsung ke akar hasilnya dua kali lipat. Teknologi sudah ada tinggal penerapannya," tutur Mentan Amran.
"Kendala sejak dulu bertubi-tubi. Ada yang sampai sekarang protes kalau Bombana dan OKI tidak layak tebu, tapi pada kenyataannya bisa 140 ton, dua kali lipat," bebernya.
Sementara itu, Direktur Utama PT. RMI, Syukur Irwantara menyebut, uji coba dan komisioning sudah dilakukan PT RMI dalam 20 hari.
Baca juga: Warga Sidoarjo Jelajahi Jejak Manis Pabrik Gula di Jatim, jadi Edukasi Historis
"PT. RMI sudah melakukan uji coba atau komisioning yang berlangsung sejak 10 hingga 30 September 2019. Selama 20 hari percobaan itu, RMI telah memproduksi 6000 ton gula dengan kapasitas per hari 300 ton," ujarnya.
Irwantara menambahkan, PT. RMI akan bekerjasama dengan Perhutani terkait penyediaan lahan tebu yang ditanam.
"Lahan yang ideal yang memungkinkan tebu, kita kerjasamakan dengan Perhutani. Aturannya sudah ada Peraturan Menteri LHK tahun 2016, intinya lahan hutan produksi bisa untuk tebu. Kita gunakan itu," ungkapnya.