jatimnow.com - Tiga sekolah yang berada di Dusun Sukopuro, Desa Sukonatar, Kabupaten Banyuwangi ini lokasinya berada di tengah Tempat Pemakaman Umum (TPU) atau kuburan.
Ketiga sekolahan itu adalah TK Dharma Wanita 13 , SDN 2 Sukonatar, dan SMA PGRI 2 Srono yang berada di Jalan Raya Srono-Rogojampi. Ketiganya jadi satu wilayah dengan TPU Desa Sukonatar.
Bahkan dua sekolah, TK Dharma Wanita 13 dan SDN 2 Sukonatar jalan masuk utamanya melewati tengah-tengah komplek perkuburan umum itu.
Baca juga: 5 Fakta Bocah 7 Tahun di Banyuwangi Ditemukan Tewas, Diduga Diperkosa
Plt Kepala SDN 2 Sukonatar, Rohmiyati menjelaskan secara geografis letak bangunan sekolahan yang dipimpinnya jadi satu komplek dengan tempat pemakaman umum dan dua sekokah lainnya.
Apalagi jika dilihat dari arah Jalan Raya Srono-Rogojampi, lokasi sekolahan itu memang tampak ada di tengah-tengah perkuburan warga.
"Untuk jalan utamanya jadi satu dengan makam, lewat tengah-tengahnya pemakaman," kata dia saat ditemui di kantornya, Kamis (21/11/2019).
Namun sebenarnya, kata dia, terdapat jalan alternatif untuk menuju SDN 2 Sukonatar. Yakni melalui jalan dusun yang berada di sebelah selatan sekolahan.
"Ada jalan lain sebenarnya di sebelah selatan. Tapi karena aspalnya rusak lewat jalan yang di pemakaman itu," ujarnya.
Bahkan, ketika ada warga yang meninggal dunia dan prosesi pemakamannya masuk jam istirahat, tidak sedikit siswanya ikut dan didampingi para guru.
"Kalau jam istirahat justru para siswa ikut takziyah ketika ada orang yang meninggal. Tapi tetap didampingi guru," sebutnya.
Hingga sejauh ini, lanjutnya, kejadian mistis, seperti siswa kesurupan ataupun melihat hal-hal yang mengerikan tidak pernah dialami oleh anak didiknya.
"Selama saya dinas di sini (sejak 2011) tidak pernah ada yang kesurupan," ujarnya.
Baca juga: ASMOPSS ke-14 Digelar di Banyuwangi, Diikuti 136 Peserta
Meski lokasi sekolah berada di tengah kuburan, siswa SDN 2 Sukonatar juga bisa berprestasi.
Kendati demikian, hal itu tidak menjadi penghalang siswa SDN 2 Sukonatar meraih prestasi. Puluhan piala dari tingkat kecamatan berhasil diborong siswa-siswi di situ.
"Ada beberapa piala dan penghargaan yang telah diraih siswa kami, meskipun masih di tingkat kecamatan," tutur Rohmiyati.
Prestasi siswa sekolah diantaranya dari lomba catur, sepakbola, puisi, dan beberapa kategori lainnya. Termasuk juga gelaran lomba yang biasa diperebutkan di Bulan Agustus.
Salah seorang siswa, Dimas Anang Maulana mengaku tidak pernah mengalami peristiwa yang menyeramkan atau kejadian diluar nalar seperti misalnya hantu pocong.
Baca juga: Bazar Kuliner Kampoeng Cungking Banyuwangi Angkat Hidangan Tradisional
"Tidak pernah, karena banyak temannya," ujar Dimas.
Terkadang, ketika ada prosesi pemakaman dan bertepatan dengan jam istirahat, Dimas dan teman-temannya malah mengikuti upacara pemakaman.
"Iya ikut, karena biasanya malah dapat uang, buat jajan," katanya girang.
Siswa lainnya, Ike Rahma Damayanti juga senada dengan Dimas yang mengaku tidak pernah mengalami peristiwa mistis.
"Enggak pernah ada gitu-gitu. Kadang malah diberi uang ada yang sampai Rp 5 ribu," kata Ike sembari tertawa.
Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah siswa di SDN 2 Sukonatar kini mencapai 143 anak. Setiap tahunnya, saat masa penerimaan murid baru rata-rata lebih dari satu rombongan belajar (Rombel), sejumlah 20 siswa.