jatimnow.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi membuka dapur umum untuk penanganan klaster pondok pesantren.
Dapur umum tersebut menyediakan 18 ribu porsi makanan untuk kebutuhan makan harian penghuni pondok pesantren selama masa karantina.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Banyuwangi Abdul Kadir menjelaskan, Pemkab Banyuwangi menyediakan anggaran Rp 3 Miliar untuk kebutuhan logistik dapur umum tersebut.
Baca juga: 5 Fakta Bocah 7 Tahun di Banyuwangi Ditemukan Tewas, Diduga Diperkosa
"Mulai Kamis besok, ada pemilahan dapur. Sebelumnya kan hanya Pemkab Banyuwangi dan Pemprov Jatim. Mulai Kamis, 3000 porsi disiapkan TNI, 1500 porsi dari Pemprov Jatim, dan 1500 porsi dari Pemkab. Namun semua logistik anggarannya dari kami. Pemprov Jatim dan TNI mendukung tenaga dan peralatan agar penyiapan lebih cepat," kata Kadir, Selasa (1/9/2020).
Ada bantuan tenaga Tagana Jatim 30 orang dan TNI melibatkan 150 anggotanya.
Kadir menjelaskan, tiap hari disiapkan 18 ribu porsi makanan untuk sarapan, makan siang, dan malam, selama 14 hari. Makanan yang disajikan pun tidak sembarangan, harus nasi kotakan.
"Menunya sesuai yang disarankan oleh Kementrian Kesehatan. Di setiap penyajian harus ada nasi, lauk, sayur, dan buah. Juga diberi air mineral kemasan," kata Kadir.
“Jadi kami tegaskan, bila ada foto nasi hanya sama mie, itu bukan dari dapur kami,” tegas Kadir.
Baca juga: ASMOPSS ke-14 Digelar di Banyuwangi, Diikuti 136 Peserta
Untuk kebutuhan tersebut, Kadir mengatakan, BPBD belanja logistik dalam jumlah besar. Contohnya, untuk satu kali menu makan siang dibutuhkan telor ayam 645 kilogram, terong 650 kilo, tempe 40 lonjor, tomat 50 kilo, cabe besar dan rawit 90 kilo, terasi 10 kilogram.
"Lalu nasi 900 kilogram, belum buah-buahan. Kami bekerja tulus demi kebaikan para penghuni pondok pesantren agar segera dibebaskan dari Covid-19,” beber Kadir.
Dapur umum telah didirikan di tanah lapang yang tidak jauh dari pondok. Lapangan itu didesain menjadi pusat dapur umum.
Anggota Taruna Siaga Bencana atau Tagana yang terlibat di dapur umum, Dwi Trestanti, dari Kecamatan Rogojampi, mengatakan, pengalaman memasak untuk penanganan Covid-19 adalah pengalaman baru bagi dia, karena memang pandemi Covid-19 ini baru pertama melanda dunia.
Baca juga: Bazar Kuliner Kampoeng Cungking Banyuwangi Angkat Hidangan Tradisional
"Ini jumlahnya luar biasa besar, 18 ribu itu tidak sedikit. Ekstra kerjanya," kata Tanti, sapaan akrabnya.
"Kami semua bekerja keras, tulus. Meski tugas kami penuh risiko, ini sudah panggilan jiwa, kami niatkan membantu sesama," ujarnya.