jatimnow.com - Rencana perpindahan Ibu Kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur sudah menjadi perhatian Calon Wali Kota Surabaya Nomor Urut 02, Machfud Arifin.
Mantan Kapolda Jatim ini memprediksi, pada Tahun 2021 mendatang atau ketika Pandemi Covid-19 mungkin sudah mulai terkendali, proses perpindahan ibu kota bakal berlanjut.
Menurutnya, Surabaya juga harus mempersiapkan diri menghadapi perkembangan itu. Menjadi penopang sekaligus memaksimalkan peluang yang ada untuk akselerasi pembangunan Kota Pahlawan.
Baca juga: Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji
"Surabaya adalah kota penghubung. Bisa jadi tumpuan Indonesia timur," kata Machfud Arifin dalam diskusi dengan masyarakat logistik, Selasa (24/11/2020).
Machfud Arifin mencontohkan, selama ini Surabaya menjadi tempat transit perdagangan dari kawasan timur ke barat Indonesia. Demikian halnya produk-produk dari luar negeri.
Banyak pula pengusaha dan pedagang di Indonesia timur mencari barang di Surabaya. Meski dalam beberapa tahun terakhir, posisi tersebut sedikit menurun karena matinya Pasar Turi.
"Cengkeh dari Maluku Utara, kayu dari Papua masuk ke Surabaya," bebernya.
Arek asli Ketintang, Surabaya ini menjelaskan, ke depan peran Kota Pahlawan akan semakin besar jika ibu kota jadi pindah ke Kalimantan Timur.
"Barang dari Jatim maupun luar negeri maupun tenaga kerja ahlinya banyak dibutuhkan dari Jatim, Surabaya. Karena paling dekat Surabaya, Jawa Timur yang paling dekat," lanjutnya.
Baca juga: Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak
Untuk menyiapkan hal ini, Machfud Arifin mengaku sudah menyerap sebagian ilmu dari mantan Gubernur Jatim, Soekarwo (Pakde Karwo).
"Pakde Karwo saat jadi gubernur bercerita bahwa ketergantungan orang-orang Indonesia timur ke Jawa Timur dan Surabaya sangat tinggi. Macetnya Surabaya berimbas pada Indonesia timur," ungkapnya.
Machfud Arifin memang dikenal dekat dengan Soekarwo. Mereka adalah duet gubernur-kapolda di Jatim yang dikenal solid.
Untuk meningkatkan peran Surabaya sebagai hub perekonomian Indonesia timur, Machfud Arifin menilai salah satu kendala terbesarnya adalah kemacetan.
"Harus ada penguraian. Ke depan kita harus membangun kawasan pergudangan di lokasi yang tepat, tidak boleh lagi kawasan pergudangan dan bongkar muat di tengah kota," paparnya.
Baca juga: Kuasa Hukum MAJU Sebut Keterlibatan Risma Telah Terungkap dalam Sidang
Machfud Arifin kembali memberi contoh, kawasan kota tua di Kembang Jepun. Menurutnya kawasan itu adalah salah satu pusat perdagangan dan pergudangan. Truk-truk besar setiap hari bongkar muat di sana. Omzetnya setiap bulan triliunan.
"Ke depan akan kita tata, dengan teknologi yang ada sekarang, gudang tidak perlu di tengah kota, bisa di pinggir di lokasi yang ditentukan. Kawasan tengah seperti Kembang Jepun tetap jadi tempat bisnis, sekaligus destinasi wisata yang tidak macet," tambah dia.
Kota Surabaya yang semakin padat dan maju, ke depan harus benar-benar dibangun dengan perencanaan yang matang. Setiap ruang yang ada dimaksimalkan untuk kemajuan dan kemakmuran warga.