jatimnow.com - Menjaga stabilitas produksi UKM mie kering dan kerupuk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari bekerja sama dengan ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) membuat mesin oven dan steamer.
Targetnya mesin oven dan steamer ini dapat menggantikan energi panas matahari yang dipakai UKM mie kering dan kerupuk dalam proses pengeringan.
Selain mesin ini bisa menjamin kelancaran produksi di musim penghujan, cara kerjanya juga dirancang dengan konsep hemat energi.
Baca juga: Bazar Kuliner Kampoeng Cungking Banyuwangi Angkat Hidangan Tradisional
Karena saat produk dikukus atau direbus, udara panas yang dihasilkan dari burner mesin steamer dialirkan juga ke oven untuk proses pengeringan.
"Apalagi di musim penghujan tentu sulit mendapatkan sinar matahari. Karena itulah kita menargetkan mesin ini pastinya akan sangat membantu kesulitan UKM dalam hal pengeringan yang merupakan tahapan utama dalam produksi mie kering dan kerupuk. Dan sudah menjadi komitmen Bogasari untuk terus membantu mencarikan solusi guna peningkatan usaha UKM," kata Wakil Kepala Divisi Bogasari, Erwin Sudharma, dalam siaran pers yang diterima redaksi, Minggu (29/11/2020).
Pembuatan oven dan stemer ini merupakan ide Bogasari yang mayoritas pelanggannya adalah UKM. Ia menyebut, sengaja berkerja sama dengan Departemen Teknik Mesin Industri Fakultas Vokasi ITS, Surabaya.
"Jadi ini merupakan wujud kolaborasi dunia usaha dunia industri (DuDi) yakni Bogasari, UKM, dengan institusi pendidikan," ujar dia.
Webinar uji komersial mesin pengering ini juga dihadiri Senior Vice President (SVP) Marketing Bogasari Ivo Ariawan.
Sedangkan dari pihak ITS hadir Nur Husodo selaku Koordinator Tim Penggerak Teknologi tepat guna Departemen Teknik Mesin Industri-Fakultas Vokasi (DTMI-FV) dan Kepala Sub Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat, Lalu Muhammad Jaelani. Dari pihak UKM yang hadir langsung di ITS , Suhadi UKM Kerupuk Suhadi asal Tuban.
Uji komersial ini ditandai dengan penyerahan secara simbolis oven dan steamer kepada Suhadi. Sedangkan 4 UKM lainnya akan mendapatkan mesin oven dan steamer bulan Desember ini juga dalam rangka melakukan uji komersial.
Empat UKM lainnya tersebut adalah Sugianto, UKM Mie Kering Iso Murni asal Surabaya, Suranto (UKM Rambak-Klaten) Yusral Jinis (Mie Kuning Tani Mulya-Padang) dan Wahyu Indra Mie Gerobakan asal Depok.
"Uji komersial untuk mengetahui bagaimana dampak secara bisnis kepada UKM. Makanya selama 3 bulan ke depan setelah semua mesin diterima UKM, Bogasari akan memonitor secara khusus mulai dari dampak terhadap proses dan biaya produksi, penggunaan tenaga kerja, volume produksi, dan aspek lainnya. Kita ingin memastikan bagaimana nilai bisnisnya untuk usaha UKM," ucap Erwin.
Baca juga: Ini Daftar UKM Binaan SIG yang Sukses Gantikan Sparepart Impor di Semen Gresik
Lebih Efisien
Lebih jauh ia menjelaskan, latar belakang ide pembuatan mesin oven dan steamer ini karena masih banyak UKM yang memproduksi mie kering dan kerupuk mengandalkan panas matahari. Akibatnya di musim penghujan produksi pastinya terganggu dan penjualan juga menurun.
Contohnya Kota Padang, yang dikenal dengan makanan khas mie kering sanggul karena bentuknya seperti sangul perempuan.
Mie kering ini termasuk makanan utama masyarakat Sumatera Barat atau Minang karena sehari-hari dipakai sebagai bahan tambahan untuk makanan lainnya seperti, lontong, ketupat, lotek, gado gado dan lain-lain. Mie kering ini juga menjadi buah tangan atau oleh-oleh khas dari Minang.
Mie Kering Sangul ini dipasarkan ke seluruh area Sumatera Barat yang terdiri dari 19 Kabupaten/kota dan ke sejumlah provinsi yang merupakan daerah perantauan orang Minang. Contohnya Pekanbaru, , Riau Kepulauan, Batam, Jambi, Palembang, dan Lampung.
"Karena itulah, konsumsi tepung terigu untuk usaha mie kering di Padang bisa mencapai sekitar 900 ton per bulannya. Dan semua UKM mie kering di sana seperti juga di kota-kota lainnya hampir semua masih mengandalkan panas matahari dalam pengeringan. Yang sudah pakai mesin baru hanya level industri saja," ungkap SVP Marketing Bogasari, Ivo Ariawan.
Ia menambahkan, penggunaan mesin oven dan steamer ini akan sangat bermanfaat buat UKM. Selain tidak tergantung matahari, hemat energi, juga bisa meningkatkan kapasitas jam produksi.
Baca juga: Ninja Xpress Akomodasi Kebutuhan Social Commerce untuk UKM Jawa Timur
Sebagai contoh, untuk pengeringan mie kerupuk dengan matahari butuh waktu 2 hari dari pagi sampai sore. Sedangkan dengan mesin oven hanya butuh 3-5 jam. Pun halnya untuk pengeringan mie dengan matahari paling cepat 5-7 jam, sedangkan dengan mesin hanya 1,5 jam.
"Dan yang pasti untuk pengeringan dengan mesin oven ini hanya membutuhkan lahan kecil. Tidak harus seluas lahan pengeringan yang masih memakai panas matahari. Jumlah sumber daya manusia juga bisa sedikit dihemat. Dan saat produksi harus ditingkatkan tinggal menambah jam lembur. Tidak perlu menunggu mataheri terbit besok. Belum lagi kalau musim hujan malah tidak bisa produksi," urai Ivo.
Setelah uji komersial selama 3 bulan, Bogasari akan melakukan evaluasi bersama UKM dan Departemen Teknik Mesin Industri-Fakultas Vokasi ITS Surabaya. Termasuk rencana produksi ke depannya.
"Yang pasti, Bogasari berharap, produksi massal mesin ini ke depannya tidak hanya dilakukan oleh Departemen Teknik Mesin Industri-Fakultas Vokasi ITS tapi juga kesempatan untuk para UKM yang bergerak di produksi peralatan. Jadi kembali kepada konsep dasar yakni kolaborasi dunia usaha dunia industri dengan dunia pendidikan dan UKM," tandasnya.