jatimnow.com - Harga kedelai di Kota Probolonggo naik dari Rp 7.500 menjadi Rp 9.400 per kilogramnya. Para pengusaha tempe di kota ini harus memutar otak untak mencegah kerugian.
Salah satu pengusaha tempe di Kelurahan Sumber Taman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Nur Halid (42) mengatakan, naiknya harga kedelai mulai dirasakan jelang Natal 2020.
Meski begitu, Nur Halid tak berhenti memproduksi tempe yang sudah menjadi mata pencaharian keluarganya selama bertahun-tahun. Hanya saja dia mengurangi ukuran tempe yang dijualnya.
Baca juga: Cara Produsen Kecambah Siasati Meroketnya Harga Kedelai
"Seharusnya dalam satu plastik cetak kedelai diisi dua kilogram. Tapi saat ini hanya diisi 1,7 kilogram saja. Harga jual tetap seperti harga normal, namun ukurannya dipertipis. Secara otomatis pendapatan ikut berkurang," jelas Nur Halid, Senin (4/1/2021).
Sementara Sri Astutik, istri Nur Halid mengaku bahwa dalam usaha tempenya itu bisa menghabiskan 1,5 sampai 2 kwintal kedelai impor.
Baca juga: Produsen Keripik Tempe Kelimpungan Akibat Harga Kedelai Meroket
"Semua hasil produksi tempe kita jual di pasar daerah Kabupaten Lumajang," tutur Sri.
Tidak hanya Nur Halid dan istrinya, semua warga yang mempunyai usaha tempe di kampungnya juga tetap berproduksi.
"Karena saya tidak ingin kehilangan pelanggan. Jadi meski mahal harga kedelai kita tetap produksi. Jadi pembeli harus juga paham meski ukuran tempe tidak seperti saat harga kedelai normal," ujar ibu dua anak ini.
Baca juga: Pemerintah Sediakan Subsidi Bagi Produsen Tahu dan Tempe Tradisional
Sri juga mengaku usaha tempe yang digelutinya itu mampu menghidupi keluarga dan juga bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.
'Saya berharap agar harga kedelai segera turun dan kembali normal seperti semula," paparnya.