Pixel Codejatimnow.com

Cara Produsen Kecambah Siasati Meroketnya Harga Kedelai

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Elok Aprianto
Siti Yuliati, salah satu produsen kecambah kedelai (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Siti Yuliati, salah satu produsen kecambah kedelai (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Cuaca tidak menentu membuat harga kedelai lokal meroket. Produsen kecambah kedelai harus pintar-pintar memutar otak, agar produksinya tetap bertahan.

Seperti yang dilakukan Siti Yuliati, produsen kecambah kedelai di Dusun Taman, Desa Gajah, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Lantaran harga bahan baku kedelai naik, dia harus mengurangi isi yang dijual ke pasar.

Dia mengaku, para produsen di kampungnya bisa merugi bila cuaca tak menentu terus terjadi.

"Kalau musim hujan, kedelai itu gak ada yang panen. Adanya kedelai lama. Kalau dibuat cambah sering gak jadi. Itu kerugiannya," ungkap Siti, Minggu (9/10/2022).

"Biasanya itu, isi cambah dikurangi. Terus harganya biasanya Rp9 ribu per kilogramnya, dinaikkan jadi Rp12 ribu," sambungnya.

Baca juga:
Menengok Proses Panjang Produksi Kecambah Ale di Jombang, Laris tapi Sulit Bahan

Hal senada juga diungkapkan Surya, produsen kecambah kedelai lainnya. Menurutnya, naiknya harga kedelai berdampak pada penurunan jumlah produksi. Biasanya bisa 25 kilogram per hari, sekarang hanya 20 kilogram.

Para produsen kecambah kedelai juga harus menaikkan harga jual di pasar, meski berisiko ditinggalkan para pelanggan.

"Sulit kalau dinaikkan. Para pelanggan nggak mau," ucapnya.

Surya menyebut bahwa harga kedelai lokal lebih mahal dibanding impor. Jika harga kedelai impor Rp12 ribu, harga kedelai lokal Rp18 ribu per kilogramnya.