jatimnow.com - Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berjanji akan memproteksi buah apel lokal agar bisa melawan serbuan apel asing atau impor alias 'bule'.
Janji itu disampaikan usai mendengar curhatan dari petani apel Nongkojajar yang saat ini harus bersaing keras melawan serbuan apel 'bule'.
"Indonesia memiliki buah namanya apel, apel itu pusat produksinya ada di Nongkojajar, tidak bisa di tanam di semua daerah bahkan ketinggian sama belum tentu bisa memproduksi. Nah ini, sekarang kondisinya petani apel di Nongkojajar terancam punah," ucap Khofifah saat blusukan dan dialog dengan para petani apel di Nongkojajar, Pasuruan, Jumat (2/3/2018).
Ia mengatakan, berdasarkan dialog yang dilakukan bersama para petani apel, mereka sedang terkendala dengan harga apel yang sangat murah sehingga pendapatan petani tidak sebanding dengan biaya produksi.
"Harga apel di petani jatuh sekali, perkilonya hanya Rp 5000, tidak seimbang dengan biaya produksi petani. Petani di sini tidak memiliki daya tawar, apalagi mereka yang punya ke pengepul malah tidak punya bargaining sama sekali," kata Khofifah.
Saat ini dikatakan Khofifah sudah ada beberapa petani di Nongkojajar yang mencoba untuk beralih untuk menanam jeruk. Yang dikhawatirkan Khofifah, heritage Nongkojajar sebagai penghasil apel di Indonesia bisa punah.
"Oleh sebab itu, saya memiliki tekad untuk memberikan proteksi pada petani apel. Salah satunya memberikan regulasi pembatasan penjualan buah impor di Jawa Timur. Agar hasil kebunnya tidak kalah dengan apel impor, maka saya ingin melakukan regulasi pembatasan apel impor, dengan begitu cukai akan dinaikkan, harga buah apel impor akan naik tinggi, dan buah apel ini akan naik juga," ucap Khofifah.
Menurutnya, pembatasan buah impor itu bisa dilakukan dan menjadi kapasitas pemerintah provinsi. Sehingga bisa dikendalikan.
"Setelah regulasi ditetapkan, setelahnya menggarap pembrandingan apel Nongkojajar. Bahwa sebenarnya yang menghasilkan apel adalah Nongkojajar, bukan hanya Batu," urainya.
Sementara itu salah saru petani apel Nongkojajar H Munir alias H Super mengatakan bahwa memang saat ini sudah ada yang mencoba mengelola lahan pertanian dengan buah jeruk. Menurutnya, jika lebih menguntungkan maka kemungkinan besar petani akan berubah komoditas penanaman menjadi jeruk.
"Apel sekarang murah sekali. Yang hijau perkilonya Rp 4000 sampai Rp 5000. Kalau merah bisa sampai Rp 9000. Begitu di pengepul dijual sampai Rp 20 ribu. Kami tidak bisa punya daya tawar, apalagi kalau punya utang ke pengepul," ucapnya.
Reporter: Fahrizal Tito
Editor: Budi Sugiharto
Jatim Memilih
Khofifah Janji Melindungi Petani Apel dari Serbuan Apel 'Bule'
Jumat, 02 Mar 2018 19:04 WIB
Reporter :
Farizal Tito
Farizal Tito
Berita Terbaru
PASI Kota Madiun Gelar Test Limit Para Atlet, Persiapan Porprov Jatim 2025
Prakiraan Cuaca Surabaya Senin 7 April: Cerah
Sengketa Selesai, Pedagang Pasar Tanah Merah Bangkalan Segera Direlokasi
Polisi Tangkap Kurir di Trenggalek, Produksi Petasan untuk Tradisi Kupatan
2 Rumah di Bangkalan Disatroni Maling saat Ditinggal Mudik
Tretan JatimNow
Profil Sofie Imam, Warga Tulungagung Asisten Pelatih Fisik Timnas Dampingi PK
Sosok Afrizal Rahman, Atlet Skateboard Muda Berbakat dari Kota Madiun
Kisah Siswi di Jember Hidup Sendiri, Aktif Modelling hingga jadi Duta Maritim
Kisah Tukang Cukur di Banyuwangi Beri Layanan Gratis bagi Difabel hingga ODGJ
Terpopuler
#1
Warga Payangan Jember Tolak Penyedotan Air Laut untuk Tambak Udang
#2
Perang Dagang Baru, Kebakaran Rumah di Tulungagung, Balik Bareng 2025
#3
30 Hektare Tanaman Padi di Jember Diserang Hama Tikus, Salah Pola Tanam
#4
Anggota DPRD Jatim Ingatkan Warga Agar Tak Sembarangan Merantau ke Surabaya
#5