jatimnow.com – Sejak 2010 lalu, Ali Fatkan merintis sebagai perajin tas di kampung Gadukan Baru, Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Surabaya. Ia bahkan sudah menjadi generasi penerus ketiga.
Dengan modal ia pernah menjadi pekerja dan pembinaan dari pihak pemerintah seiring berjalannya waktu akhirnya memutuskan untuk memulai usahanya sendiri.
Ali mengaku, terpaksa berpindah haluan dari yang awalnya berinovasi mengikuti tren model agar tidak tertinggal dengan produk pabrikan ternama, kini hanya memenuhi permintaan para konsumen untuk setiap pemesanannya.
Baca juga: Perajin Tas Kampung Gadukan Bertahan dari Gempuran Tren Pabrikan
Baca juga: Geliat Kampung Gadukan, Tempat Perajin Tas Terbesar di Surabaya
"Kalau saya pribadi untuk pelanggan biasanya membawa contoh sendiri dengan keperluannya apa mau di buat apa,” ujar Ali.
Hal ini ia lakukan karena kondisi bahan baku yang mulai naik dan harga tas tergolong murah, serta sumber daya yang kurang memadai.
“Kami mengambil segmen menengah ke bawah dari kisaran harganya mulai Rp 25 ribu sampai Rp 60 ribu. Bahan dan aksesoris yang digunakan juga lebih tipis,” ungkapnya.
Baca juga: Geliat Kampung Gadukan, Tempat Perajin Tas Terbesar di Surabaya
Baca juga: Perajin Tas Kampung Gadukan Bertahan dari Gempuran Tren Pabrikan
Kendala serius yang dihadapi para perajin tas saat ini adalah terbatasnya tenaga kerja (SDM) di bidang pengerjaan.
“Banyak yang dulunya orang tua mereka sebagai perajin dan tidak ada penerus dari generasinya kerena merasa kurang cocok menjadi pekerja di industri tas. Namun seiring berjalannya waktu banyak yang gulung tikar dan perajin hanya memiliki dua sampai tiga pekerja saja jadi penyelesaian tas lebih lama,” keluh bapak dua anak asal Tulungagung ini.
Untuk mengembangkan usahanya, diakui Ali tidaklah mudah. Bapak dua anak ini bahkan sempat gulung tikar hingga tiga kali pada saat memulai usahanya tersebut. “Awalnya saya gemetaran waktu menawarkan tas hasil buatan saya ke toko toko. Apalagi waktu itu saya kurang memerhatikan pengeluaran dan pemasukan," ujarnya.
Hingga saat ini, jumlah perajin di kampung tas ini kian menyusut. Dari yang awalnya 60 perajin kini mulai berkurang hingga 40 perajin saja di kampung Gadukan.
Reporter : Arry Saputra
Editor: Erwin Yohanes