jatimnow.com - Ketua Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya, Soejadmiko punya cara tersendiri dalam memberikan nasehat kepada calon wisudawan yang akan terjun ke masyarakat.
Itu disampaikan dalam yudisium semester gasal 2020/2021 Fakultas Hukum yang digelar secara luring (luar daring) di Bangsal Pancasila, Rabu (6/4/2021).
Soedjatmiko membacakan lirik lagu ciptaannya sendiri. Lirik-lirik tersebut bermaksud untuk menasehati kepada para calon wisudawan.
Baca juga: BNN Gandeng Perguruan Tinggi Tekan Peredaran Narkoba
Dia berpesan mahasiswa UWKS harus tanggap terhadap perubahan, senantiasa Jamu Jati Kendi (jaga mulut, jaga hati, kendali diri), melestarikan alam dan memanusiakan manusia di manapun berada.
Saat prosesi Yudisium, 7 lagu ciptaan Soedjatmiko yang telah diaransemen secara apik tersebut dinyanyikan oleh Fajar, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UWKS serta dipadukan dengan pemutaran video klip garapan dosen Fakultas Bahasa dan Sains UWKS, Jarwani.
Dari 7 lagu khusus untuk mahasiswa terbingkai dalam album Lestari-Bestarinya Kehidupan yang terdiri atas 7 lagu, diantaranya: Sunatulloh, Mau Mampu Maju, Urip iku Urup, Mutiara Kehidupan, Jamu Jati Kendi, Keji Beling, dan yang terakhir Sirolah, Datolah, Sipatolah.
Ia menjelaskan, salah satu dari lagu ciptaannya yang berjudul Sirolah, Datolah, Sipatolah pernah mendapatkan komentar dari mantan asisten pribadi Presiden KH Abdurrahman Wahid yaitu Gus Ahmad Muwafiq.
Saat itu dirinya sedang ada pertemuan dengan beberapa tamu diantaranya Gus Ahmad Muwafiq. Saat membacakan lirik lagu berjudul Sorolah, Datolah, Sipatolah itu, Gus Muwafiq ingin memfoto menggunakan ponselnya namun hasilnya ngeblur.
"Kemudian, Gus Muwafiq berkata kenapa pas saya foto njenengan saat membacakan lirik lagu itu, hasilnya kok blurek ya, pasti lagu itu ada misterinya atau makna yang sangatlah dalam," cerita Soedjatmiko menirukan percakapannya dengan Gus Muwafiq saat itu.
Pria kelahiran Banyuwangi tahun 1942 ini menjelaskan meski lagu tersebut ditemukannya saat berdiam diri di bawah pohon siwalan di daerah Benowo, bahwa lirik lagu tersebut memang mengandung makna yang sangat dalam.
Baca juga: Hasyim Asyari Dikecam, Pengamat Politik Bilang Begini
Menurutnya, lirik itu mengartikan bahwa akhir nilai dari keimanan itu ukurannya bukan hanya baik sesama manusia tapi juga dengan alam, serta sesama ciptaan Tuhan.
"Itu Bahasa Arab ajaran Islam yang diberikan Wali. Sirolah itu zat yang maha halus yang sumber sejatinya berasal dari Tuhan sehingga manusia mempunyai fitrah menjembatani hubungan manusia dengan Tuhan. Kecil tapi kekuatan luar biasa, tidak kasat mata tapi punya kekuatan," jelasnya.
"Karena bukan kasat mata perlu ragawinya atau wadah tempat bersemayamnya sehingga Tuhan membuat datolah yang bersifat anasir-anasir sarinya angin, api, air, tanah dan dalam bentuk energi yang apabila digerakkan sesuai dengan medannya maka melahirkan kekuatan yang dinamakan daya prana. Namun caranya bagaimana perlu dilatih," lanjutnya sambil menyebut salah satu unsur dari Sipatolah adalah naluri. Dimana naluri ini juga dilatih dengan cara tersebut, bisa membentuk kekuatan.
Dekan Fakultas Hukum UWKS, Umi Enggarsasi mengungkapkan lulusan sarjana hukum harus memiliki pribadi yang jujur dan tangguh. Dia optimistis, para sarjana hukum mampu bersaing positif di luar kampus.
"Fakultas Hukum UWKS terus berbenah untuk mendapatkan akreditasi unggulan. Sehingga akreditasi fakultas akan dilakukan kembali pada dua tahun lagi. Misalnya saat ini, kami mendapatkan akreditasi A. Kami akan terus kejar akreditasi unggulan," tuturnya.
Baca juga: FK UWKS Berdayakan Kader Posyandu Lansia Dukuh Kupang Surabaya lewat Pondok OA
Salah satu calon wisudawan, Retno Wulandari yang mencatatkan diri sebagai lulusan terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) nyaris sempurna 3,95. Mengaku bahwa sangat bangga dengan capaiannya.
Dengan tujuan ingin menjadi seorang Magister Kenotariatan, perempuan kelahiran Jakarta Selatan itu harus mengambil dua program perkuliahan secara bersamaan yakni S1 dengan Pascasarjana hukum. Meski demikian dirinya mampu menyelesaikan kuliahnya dalam kurun waktu 3,5 tahun saja.
"Ya meski harus mengatur waktu antara keluarga dan kuliah tapi Alhamdulillah bisa meraih predikat yang memuaskan. Itu semuanya tak lepas dari support dosen serta keluarga. Saya bangga menjadi bagian dari kampus ini," kata perempuan berbaju kebaya warna merah muda ini.