Kamisan Gerindra Jatim Ulas Aktivitas Keagamaan di Masa PPKM Darurat

Kamis, 22 Jul 2021 20:14 WIB
Reporter :
Ni'am Kurniawan
Kamisan Gerindra Jatim mengangkat tema 'Aktivitas Keagamaan di Masa PPKM Darurat'

jatimnow.com - Pemerintah resmi memperpanjang PPKM Darurat hingga 25 Juli 2021. Salah satu aturannya yaitu pembatasan aktivitas keagamaan.

Sebagai penengah dalam meredam beragam perspektif di tengah masyarakat, Parta Gerindra Jatim melakukan diskusi secara online dalam agenda 'Kamisan' yang mengangkat tema "Aktivitas Keagamaan di Masa PPKM Darurat" pada Kamis (22/7/2021).

Diskusi rutin setiap hari Kamis kali ini dipandu anggota DPRD Kabupaten Blitar Ratna Dewi Nirwana Sari. Juga menghadirkan beberapa tokoh penting, di antaranya Sekretaris MUI Jawa Timur Prof Ahmad Muzakky dan Wakil Bupati Jember KH Mohammad Balya Firjaun Barlaman yang sekaligus menjadi pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Assidiqi Putra Talang Sari.

Baca juga: Gerindra Jatim Fokus Berdayakan Peran Perempuan

"Pandemi Covid-19 ini kan mulanya soal kesehatan, lalu melebar ke sektor-sektor yang lain dan sekarang menjadi isu agama. Salah satunya kemarin tarawih ada yang bisa, ada yang enggak. Idul Fitri bisa sholat, setelah itu Idul Adha ini tidak boleh. Nah, perspektif ini kita perlu yang berkompeten," ujar Ketua Gerindra Jatim, Anwar Sadad saat membuka diskusi.

Sadad mengaku, pertentangan perspektif larangan ibadah tersebut cukup menjadi kebingunagan di tengah masyarakat. Karena hal itu berhadapan langsung dengan keimanan kepada sang pencipta.

"Kemarin Wakil Presiden Kiai H Ma'ruf Amin bilang kalau menjaga keselamatan jiwa itu wajib. Sedangkan menjalankan sholat di masjid itu sunah. Nah menurut saya ini harus diketahui oleh publik, karena menimbulkan persepsi yang berbeda-beda sehingga kita tetap bisa menjaga harmoni," tambah Wakil Ketua DPRD Jatim itu.

Sadad yang juga menjadi salah satu keluarga Ponpes Sidogiri itu menyebut, mayoritas warga Indonesia memeluk agama. Untuk itu dia mengajak agar pemerintah dapat melakukan kajian dari sisi keagamaan sebelum mengambil keputusan bagi warganya.

"Nah yang paling bahaya lagi itu mempertentangkan. Kok seakan melarang sesuatu hal yang wajib. Sedangkan aktivitas yang lain dilonggarkan," jelasnya

Ketua Gerindra Jatim, Anwar Sadad

Sementara Sekretaris MUI Jawa Timur Prof Ahmad Muzakky menuturkan bahwa situasi pandemi kali ini telah lama terjadi, bahkan di zaman Rosul. Istilah pembatasan ataupun pengetatan sosial yang dilakukan pemerintah menurutnya sangat tepat.

"Jadi Islam sendiri sebenarnya telah menjelaskan kepada kita melalui Nabi Muhammad melalui hadist yang diberikan pada kita semua. Jadi kalau ada to'un, pageblug atau wabah, yang di dalam kota itu tidak boleh keluar dan yang di luar kota pun tidak boleh masuk," jelas dia.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) itu juga menegaskan, Pandemi Covid-19 yang menimpa negara merupakan pekerjaan utama yang harus dituntaskan oleh masyarakat.

Baca juga: Khofifah Ajak Warga Move On dari Pandemi Covid-19, Begini Tafsir Gerinda Jatim

Namun di sisi lain, kepercayaan spiritual yang dimiliki masyarakat harus tetap menjadi landasan pemerintah dalam menetapkan kebijakan. Seperti halnya pengetatan ibadah salat secara jemaah di dalam masjid.

\

"Maka kita harus waspada dan keagamaan nggak boleh luntur. Ibadah tidak boleh melemah, ibadah harus tetap tinggi dan kegiatan ritual-ritual kita tidak boleh melemah karena pandemi," paparnya.

Senada dengan itu, Wakil Bupati Jember KH Mohammad Balya Firjaun Barlaman juga mengatakan jika Covid-19 ini cukup memecah kerukunan di tengah masyarakat. Dia mencontohkan di Kabupaten Jember yang masyarakatnya telah terbelah menjadi dua.

"Jadi di Jember ini sebenarnya ada dua kelompok yang besar. Yang satu itu percaya dengan adanya Corona, lalu yang kedua ini tidak percaya. Nah yang dikahwatirkan ini adalah mereka yang tidak percaya ini mempengaruhi mereka yang ketiga, masyarakat yang setengah-setengah," tutur Firjaun.

Wakil Ketua Penasehat Gerindra Jatim itu juga mengatakan, upaya untuk mengentaskan masyarakat Jember dari status zona merah cukup sulit dilakukan.

Terlepas dari dampak negatif dari penyebaran Covid-19, Firjaun menyebut bahwa pandemi kali ini cukup mengandung nilai eduksi positif bagi masyarakat.

Baca juga: Pentingnya Modifikasi untuk UMKM di Tengah Pandemi Covid-19 Ala Gerindra Jatim

"Sebenarnya apa yang kita lihat ini ada hikmahnya juga kalau kita melihat dari sisi yang lain. Bahwa sebenarnya Allah menunjukkan kasih sayangnya," tambah dia.

Menurutnya, upaya pemerintah sudah maksimal. Sisanya tinggal bagaimana masyarakat bisa sadar tentang teguran yang disampaikan oleh Sang Pencipta.

"Sebenarnya PPKM itu adalah upaya lahiriyah. Dan Allah ini sebenarnya mengajak kepada kita untuk selalu mengandalkan Allah. Karena mungkin selama ini kita kurang bersyukur, sehingga ini dinaikkan sedikit dan sebenarnya upaya kita sudah maksimal," tandasnya.

 

 

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler