jatimnow.com - Dua puluh dokter yang dilantik secara offline oleh FK Unair, siang ini bukanlah dokter sembarangan. Mereka adalah dokter muda yang memiliki dedikasi tinggi dan empati lantaran terjun langsung membantu pemerintah dalam menanggulangi Pandemi COVID-19.
Baik di hulu seperti pencegahan sebagai edukator dan vaksinator. Serta di hilir merawat pasien COVID-19.
Salah satunya Dokter Farizal Rizky Muharram, yang sekaligus Koordinator tim vaksinator FK UNAIR. Bersama 300 anggotanya, dia telah memvaksinasi lebih dari 20 ribu orang. Baik pada kegiatan vaksinasi yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Unair(IKA UA) maupun instansi lain seperti Bank Jatim.
Baca juga: Ratusan Dokter Muda Lulusan FK Unair Disebar ke Seluruh Indonesia
"Sebagai dokter, melihat situasi seperti saat ini kami resah ya. Apa yang bisa kami bantu untuk menangani pandemi ini. Dan kami melihat nakes-nakes ini banyak yang tumbang. Karenanya, kita yang muda berinisiatif untuk bergerak membantu kegiatan vaksinasi," ujar Farizal Rizky, Kamis (5/8/2021).
Tim Vaksinator FK UNAIR, lanjutnya, telah bergerak membantu kegiatan vaksinasi sejak 18 Juli lalu. Selain Surabaya, mereka juga membantu kegiatan vaksinasi di beberapa daerah pesisir Gresik dan Sidoarjo. Selanjutnya, mereka akan melakukan hal yang sama di Banyuwangi, Probolinggo dan Lamongan.
Tim relawan vaksinator terdiri dari mahasiswa beberapa fakultas di UNAIR. Antara lain FK UNAIR sebagai vaksinator, Fakultas Kesehatan Masyarakat sebagai pengolahan data, serta Fakultas Kedokteran Gigi dan perawat untuk melakukan anamnesa atau screening awal.
Selain menjadi tenaga vaksinasi, para dokter muda juga mengabdikan diri dengan menjadi relawan penanganan COVID-19 di RSUD Dr. Soetomo.
Seperti Muhammad Thoriq yang menjadi relawan di RSUD Dr. Soetomo sejak 12 Juli, bersama 19 dokter yang lain. Relawan COVID-19 ini bertugas di IGD dan triase RSUD Dr. Soetomo.
Baca juga: Mengenang Almarhum dr Urip Murtedjo, Sederet Jasanya di Dunia Kedokteran
Menariknya, mereka bergerak bukan atas arahan dari fakultas, namun datang dari inisiatif sendiri. "Kami melihat para guru dan senior kami berjuang sebegitu hebat masak kami diam saja. Karenanya kami juga ingin membantu," terangnya.
Kekhawatiran selama bertugas pasti ada. Namun hal itu mereka atasi dengan keyakinan untuk mengabdi. Serta dibarengi protokol kesehatan dan manajemen stress yang baik.
"Kami sering ngobrol dan sharing dengan teman-teman yang lain untuk menekan stress bekerja," ujarnya.
Untuk menjadi relawan tentu banyak yang dikorbankan. Para dokter harus rela tak pulang bertemu keluarga sejak awal mengabdi. Mereka tinggal di mess yang disediakan rumah sakit untuk menekan resiko penularan ke keluaga.
Baca juga: FK Unair Siapkan Sistem Perkuliahan Hybrid Penuhi Kebutuhan Dokter TNI
Bahkan karena langkah pengabdian tersebut, empat diantara dokter ini terpapar COVID-19 dan harus menjalani isolasi mandiri di mess.
"Namun kembali lagi, yang muda ini meski terpapar, sembuhnya akan cepat. 14 hari isolasi sudah pulih. Beda cerita dengan yang sudah tua dan memiliki komorbid. Maka dari itu kami yang muda harus mau berjuang membantu," tambahnya.
Alumni SMA 4 Surabaya ini bercerita, masa-masa terberat pengabdian ada di awal Juli. Di mana positivity rate masih tinggi. Dalam satu shift, pasien COVID-19 yang datang ke RSUD Dr. Soetomo bisa di atas 100 orang. Namun Thoriq bersyukur, saat ini pasien yang masuk mulai berkurang karena pasien sudah banyak tertangani di tingkat puskesmas dan fasilitas pelayanan baru yang disiapkan Pemkot dan Pemprov.