jatimnow.com - Nama Muamar Qadafi kembali menggema setelah berhasil membawa Kevin Cordon asal Guatemala melenggang hingga semifinal tunggal putra di Olimpiade 2020 di Tokyo. Setidaknya butuh 16 tahun, bagi Qadafi yang juga lulusan PB Djarum, Kudus, ini untuk namanya kembali didengar oleh masyarakat Indonesia.
Qadafi mempertegas perannya sebagai pelatih Kevin melalui program #NgulikOlympic di chanel youtube Pb Djarum. Disana, pelatih asal Sukoharjo tersebut mengurai langkah tak mudah hingga dirinya kembali disorot baru-baru ini atas prestasi Kevin Cordon.
"Sebetulnya saya tidak tahu ada program apa di Guatemala. Mungkin mereka dengar kalo di Peru ada pelatih dari Indonesia dan ada dua sparing dari Indonesia yg ada di Peru," ceritanya saat di wawancara secara daring oleh Yuni Kartika, mantan Pebulutangkis yang menjadi host acara tersebut, Kamis (5/8/2021) malam.
Baca juga: Guru Surabaya Wasit Olimpiade Tokyo, Harap Arek Suroboyo Jadi Bonek Sejati
Ya, Qadafi memang memulai sejarahnya dalam melatih atlet mancanegara di Peru. Meski sempat menolak tawaran di Peru, Ia akhirnya 'ketagihan' membantu atlet mengukir prestasi setelah berhasil memboyong tim yang dilatihnya menjuarai Campinas Brazil pada 2006. Padahal, ajang bergengsi itu biasa dikuasai kemenangannya oleh USA dan Kanada.
"Kok Peru tiba-tiba bisa mengalahkan USA. Oh, ternyata ada pelatih Indonesia di situ," bebernya.
Dari prestasi ini kariernya melaju sampai dikenal dan diminta melatih di negara lainnya. Seperti Guatemala dan Meksiko. Uniknya, tak jarang pelatih justru yang harus menyesuaikan jadwal latihan dengan atlet. Sebab di Peru dan Guatemala, misalnya, atlet masih sering memilih sekolah dan bekerja baru kemudian berlatih bulu tangkis.
"Pada 2011 dihubungi Peru untuk persiapan Pan Am (The Pan American) Games & kualifikasi Olimpiade 2012 London. Setelah semua persiapan selesai, balik ke indonesia akhir 2012," tegasnya.
Sepulang ke tanah air, Qadafi mendengar Kevin mengalahkan Chen Long asal Tiongkok di World Champion dan masuk delapan besar mengalahkan Lee Chong Wei dari Malaysia.
Baca juga: Mas Menteri Apresiasi Guru Surabaya Jadi Wasit Olimpiade
"Jika ini dipegang dengan baik (melatih Kevin) suatu hari bisa membuat kejutan dan menjadi pemain yang besar untuk benua amerika."
Sampai akhirnya Kevin menghubungi kembali dan merasa kurang puas dengan hasil Olimpiade 2016. Saat itu, Kevin memang sempat cidera saat tanding grup dan memilih untuk mundur dari pertandingan.
"Kamu bisa nggak bantu saya untuk satu siklus lagi sebelum saya ke Central American Games 2018, Pan Am Games 2019 dan Olimpiade 2020," kata Qadafi menirukan permintaan Kevin kala itu.
Padahal, lanjut dia, waktu itu dirinya sudah ada tawaran melatih dari negara lain. Namun, putera dari pasangan Suratman dan Nurlaili ini lebih memilih mendampingi Kevin Cordon dan kembali terbang ke Guatemala pada Maret 2017.
Baca juga: Kalahkan Spanyol 2-1, Timnas Samba Brasil Raih Emas Sepak Bola Putra Olimpiade
"Saya kenal bagaimana dia, dia atlet yg bertanggungjawab jadi saya tanpa ragu, saya bantu," tegasnya.
Meski gagal membawa medali, nama Kevin Cordon tetap melejit dan bahkan diperlakukan bak pahlawan oleh masyarakat negaranya. Terlebih setelah dirinya mengalahkan wakil Korea Selatan, Heo Kwang-hee dan meraih tiket semifinal. Sekadar informasi, Kwang-hee adalah pebulutangkis yang menyingkirkan wakil Jepang sekaligus nomor satu dunia, Kento Momota, di fase grup.
Langkah Kevin terhenti saat berlaga lawan Anthony Sinisuka Ginting dari Indonesia. Ginting merebut medali perunggu dan mendapat sambutan hangat setibanya di Jakarta. Meski begitu, Kevin juga memperoleh decak kagum dari berbagai kalangan. Saat kembali ke negaranya, ia diarak keliling kota sebagai penghormatan atas jasanya mengharumkan nama Guatemala.
"Orang-orang BWF yang hadir (di Tokyo) mengucapkan selamat karena pencapaian Kevin ini sangat luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. Sangat menghebohkan dan menjadi berita besar di sana (Guatemala)," tandas Qadafi dalam program yang memperoleh 425 komentar itu.