Ponorogo - Tak hanya menggeber vaksinasi Covid-19, Dinas Kesehatan (Dinkes) Ponorogo juga mengejar pelaksanaan vaksinasi PCV (Pneumokokus Konyugasi Vaksin) tahap 1 dan 2 yang ditarget tuntas akhir 2021.
Pemberian imunisasi PCV dimulai bulan Juni sesuai dengan program introduksi (pengenalan) vaksin PCV di delapan kota/kabupaten di Jatim, sebagaimana program introduksi Menkes Budi G Sadikin.
"Akan kami barengkan pemberian vaksin PCV 1 dan 2 bersama imunisasi DPT pertama (usia bayi 2 bulan) dan DPT kedua (usia bayi 3 bulan)," ujar Kabid Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, Heni Lestari, Jumat (5/11/2021).
Baca juga: 120 Ambulans Desa Ponorogo Diperiksa Dinkes, Wastafel Kok Dicopot
Langkah ini sebagai bentuk pencegahan meningkatnya kasus pneumonia atau radang paru-paru karena bakteri, khususnya pada bayi dan balita.
Targetnya, lanjut Heni, imunisasi PCV bisa menyentuh semua bayi yang lahir mulai April 2021.
Dulu, lanjut Heni, imunisasi DPT yang diterima adalah untuk difteri pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT merupakan imunisasi rutin dari pemerintah untuk bayi baru lahir, yang diberikan pada usia bayi 2 bulan, lalu 3 bulan, dan 4 bulan.
Vaksin PCV, masih kata Heni, merupakan vaksin baru yang dirilis awal di delapan kota/kabupaten di Jawa Timur pada Juni 2021. Prosedurnya diberikan pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan, dan 12 bulan.
Karena kesamaan waktu pemberian itulah, maka Dinkes akan melaksanakannya secara bersamaan.
"Untuk yang usia 12 bulan, nanti diberikan sesuai jadwal yang disusun oleh para bidan desa dan posyandu," jelas Heni.
Baca juga: Miris, Satu Balita Terdeteksi Terkena HIV di Ponorogo
Sementara itu, hasil laporan puskesmas dan polindes di Ponorogo hingga bulan Oktober 2021, tercatat ada 925 kasus pneumonia pada balita. Sedangkan pada 2020, ada 1.703 kasus pneumonia pada balita.
Untuk data capaian vaksin PCV tahap 1 di Ponorogo, sebanyak 18,04 persen dan 10,02 persen pada tahap 2.
"Yang ketiga belum. Capaian kami anggap lumayan, masyarakat antusias. Karena kalau suntik sendiri, harganya hampir satu juta," tegasnya.
Sementara itu, terkait banyaknya kejadian pneumonia pada bayi dan balita di Indonesia, Epidemiolog Unair Surabaya Dr dr Atik Choirul Hidajah menjelaskan, radang paru seringkali menduduki peringkat pertama penyebab kematian pada bayi dan balita. Disusul diare di posisi kedua.
Baca juga: Sempat Zero, Tahun Ini Ada Lagi ODGJ di Ponorogo Dipasung, Kadinkes: Ini Target Kita
Penyebab pneumonia bisa berasal dari virus, bakteri, atau bahkan partikel dan bahan kimia. Pneumonia atau radang paru timbul karena alveoli (bagian dari paru-paru) tidak bisa bekerja optimal untuk mendapatkan oksigen. Sehingga muncul keluhan sesak.
Faktor risiko pneumonia bakterial pada bayi lebih tinggi dibanding orang dewasa. Karena terkait sistem kekebalan tubuh anak lebih rawan dibanding orang dewasa.
Polusi udara dalam ruangan, kebersihan lingkungan dalam ruangan yang kurang terjaga, adanya orang dewasa yang sakit ISPA, menjadi pemicu pneumonia pada anak.
"Sehingga perilaku hidup sehat, pemberian ASI pada bayi, menjaga kebersihan orang di sekitar bayi, menjadi salah satu cara mencegah pneumonia," pungkasnya.