jatimnow.com - Banjir bandang yang terjadi di Banyuwangi, Jumat (22/6/2018) kemarin adalah yang kesekian kalinya terjadi. Longsoran besar atau pergeseran tanah di kawasan hulu sungai Badeng, Bukit Pendil, Pegunungan Raung menjadi penyebabnya.
Desa terdekat dengan kawasan hulu tersebut adalah Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon. Oleh karena itu, desa yang berada di dataran tinggi ini menjadi yang pertama tahu jika terjadi banjir bandang.
"Hingga hari ini, hujan deras masih turun, dibutuhkan pemantauan dan pengecekan sungai terus menerus," ungkap Kepala Desa (Kades) Sumberarum, Ali Nurfatoni, kepada jatimnow.com, Senin (25/6/2018).
Baca juga: Tim Pemeliharaan Banjir Kanal Lamongan Susuri Gorong-gorong Kali Dapur
Menurutnya, pemantauan akan lebih maksimal jika terpasang CCTV. Hal itu sejalan dengan salah satu rekomendasi Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, yang sudah dipaparkan kepada Pemkab Banyuwangi, Mei 2018 lalu.
"Saya rasa itu (pemasangan CCTV di kawasan hulu) sejalan dengan rekomendasi PVMBG," cetusnya.
Melalui CCTV itu, maka jika ada kondisi darurat seperti banjir di sungai Badeng akan segera diketahui dan diinformasikan ke kawasan hilir. Dimana, ada sejumlah desa di kawasan hilir yang dilalui aliran sungai Badeng.
"Kalau dipasang CCTV lebih mudah lakukan pemantauan," tegasnya lagi.
Hari ini, tim dari Pemerintah Desa Sumberarum dan Polsek Songgon juga mengecek ke kawasan hulu sungai Badeng. Hasilnya, banjir bandang membuat tebing terbelah, bibir sungai melebar dan batu-batu besar berserakan.
"Melihat kondisi material yang ada, kalau ada air meluap, ini siap turun ke bawah (hilir)," terangnya.
Dia berharap, Pemerintah bisa segera menjalankan rekomendasi PVMBG yang sudah disosialisasikan. Apalagi, potensi terjadinya banjir masih bisa terjadi kembali. Mengingat hujan dengan intensitas tinggi masih sering turun di kawasan hulu.
Baca juga: 2 Jam Diguyur Hujan, Kota Kediri Terendam Banjir
"Pemantauan hari ini, air sungai masih tampak keruh. Selain itu, arus sungai cukup kuat. Batu batu terdengar gemererak karena hanyut," tandasnya.
Setidaknya, ada 3 rekomendasi PVMBG yang pada saat itu dipaparkan Perekayasa Madya PVMBG Bandung Imam Santosa.
Pertama, pembangunan forum tanggap bencana desa-desa yang dilewati sungai Badeng. Anggotanya bisa kepala desa atau kepala dusun yang dilengkapi alat komunikasi smartphone atau handy talky.
"Ini yang paling murah dan bisa memanfaatkan kearifan lokal seperti pencari madu dan pencari burung di hutan, itu bisa dioptimalkan untuk segera mengabarkan bila ada hujan lebat dan potensi banjir bandang," jelasnya, Selasa (22/5/2018) waktu itu.
Kedua, pemasangan Closed Circuit Television (CCTV) agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bisa memantau debit sungai. Bila ada potensi banjir bandang bisa cepat diketahui dan dilakukan aksi kedaruratan.
Baca juga: Universitas Muhammadiyah Malang Luncurkan Pusdiklat Kebencanaan bidang Kesehatan
"Hal ini untuk memantau sungai Badeng, saya kira BPBD bisa memprakarsai itu," jelasnya lagi.
Terakhir, pembangunan check dam atau bendungan pengendali banjir di sungai Badeng. Pembangunannya membutuhkan biaya dan waktu yang paling lama.
Dia menyarankan agar upaya yang membutuhkan biaya dan waktu sedikit agar diupayakan terlebih dahulu, sehingga penanganan cepat dilakukan.
Reporter: Irul Hamdani
Editor: Arif Ardianto