Probolinggo - Abu hasil pembakaran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton sangat melimpah. Setiap tahun produksi fly ash dan bottom ash (FABA) menembus 110 ribu ton atau rata-rata 350 ton per hari.
General Manager PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) Agus Prasetyo Utomo mengatakan, kompleks PJB PLTU Paiton memang merupakan pembangkit terbesar di Indonesia bahkan Kawasan Asia Tenggara.
PT PJB memiliki dua unit kerja, meliputi Unit Pembangkitan Paiton sebagai pengelola PLTU Unit 1 dan Unit 2 serta UPT PJB Unit Bisnis Jasa O&M Paiton selaku pengelola PLTU Unit 9.
Baca juga: Ngabuburit Asik di Pantai Bohai Probolinggo, Hanya Butuh Bayar Parkir
Kompleks ini menjadi tulang punggung dari sistem kelistrikan Jawa Bali terutama di sisi timur dengan total kapasitas 4.700 mega watt.
"Ini menjadi sangat strategis posisinya untuk mendukung kesiapan energi di sistem Jawa Bali," kata Agus dalam kunjungan PJB Media Day, Jumat (4/2/2022) hingga Sabtu (5/2/2022).
Oleh karena itu, pemanfaatan FABA tengah menjadi konsen PJB Paiton maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN). Karena material tersebut memiliki banyak kegunaan.
Apalagi, FABA tidak lagi dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Keputusan itu tertuang dalam aturan turunan Undang-undang Cipta Kerja, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
"Kalau dulu memang fly ash masuk list limbah B3. Namun ternyata ada PP No 22 Tahun 2021 ini sudah mengeluarkan fly ash dan bottom ash dari daftar dan ini menjadi peluang bagi kita semua untuk memanfaatkan fly ash ini menjadi bermanfaat untuk khalayak luas," terang Agus.
Menurutnya, FABA adalah hasil proses produksi dalam mengubah energi primer batu bara menjadi energi listrik di sistem pembangkit.
"Setiap tahunnya kurang lebih sekitar 100-110 ribu ton kami hasilkan fly ash dan bottom ash. Jadi kurang lebih setiap harinya itu menghasilkan 350 an ton per harinya," jelasnya.
Secara internal maupun CSR, PJB menginisiasi beberapa program. Salah satunya bekerja sama dengan PLN Persero menjadikan fly ash sebagai Rumah FABA Lestari.
"Satu rumah ini kurang lebih bisa menyerap 40 ton. Saat ini kondisinya sangat melimpah. Jadi ini harapannya dengan adanya Rumah FABA Lestari bisa mengedukasi masyarakat bahwa FABA ini benar-benar aman," tandas Agus.
Sementara Supervisor Lingkungan PJB UBJOM PLTU Paiton, Abdul Aziz membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan salah satu hasil pemanfaatan material FABA adalah prototype bangunan Rumah Lestari.
Hunian seluas 100 meter persegi Type 40 ini berlokasi di Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
Mayoritas material bangunan menggunakan bata interlock, paving dan urukan berbahan dasar fly ash bottom ash.
Dengan rincian bahan pemadatan lahan uruk sekitar 8 ton. Lalu 60 persen bata interlock berasal dari material FABA. Kemudian paving block dan beton sloof.
"Total pemanfaatan FABA di rumah ini sekitar 40 ton," katanya.
Penggunaan bata interlock pada Rumah Lestari merupakan proyek percontohan karena belum banyak digunakan. Bahkan saat ini mesin cetak masih menggunakan jasa rekanan atau pihak ketiga.
Baca juga: PLN Nusantara Power Gandeng TNI AD, Ini Poin Kerja Sama
"Ini teknologi baru ya. Tidak seperti batako maupun paving," tambah Aziz.
Oleh karena itu, ia menargetkan penyerapan manfaat FABA sebanyak mungkin. Fly Ash yang beterbangan dikumpulkan oleh alat bernama Electro Static Precipitator (ESP) agar tidak menjadi pencemar bagi lingkungan.
Dalam satu hari PJB PLTU Paiton menghasilkan 300-400 ton FABA dengan perkiraan kemampuan produksi material harian bisa menyuplai bahan material untuk 10 unit rumah per hari apabila nanti dikomersilkan.
"Jangka panjang nanti bisa diproduksi banyak dan dipasarkan," tandasnya.
Selama ini FABA dikirim ke pabrik semen sebagai campuran dan ready mix used. Sedangkan pemanfaatan internal untuk pembuatan batako.
"Saat ini masih terkendala investasi karena alatnya cukup mahal. Mungkin ke depan kita mau menggandeng UMKM atau BUMDes kita dorong untuk memanfaatkan ini sendiri," kata Aziz.
Aziz menerangkan, kelebihan rumah berbahan dasar material FABA antara lain tahan terhadap gempa. Kemudian lebih efisien karena memangkas waktu proyek dan biaya.
Rumah Lestari PJB UBJOM Paiton bahkan meraih juara II Lomba Desain Rumah Sehat Terjangkau dan Ramah Lingkungan pada 2021.
Sementara itu, di lokasi workshop pemanfaatan fly ash dan bottom ash PLTU Paiton Unit 9 memang terdapat gunungan FABA siap produksi. Nampak empat petugas sibuk berjibaku dengan mesin mixer dan press paving.
Mixer berfungsi sebagai pengaduk campuran bahan baku fly ash dan bottom ash (55%). Sisanya pasir, semen dan air (45%). Bahan tersebut diaduk menjadi satu.
Baca juga: Menuju Transisi Energi Bersih, PLN NP Gandeng Perusahaan Jepang
Setelah semua material tercampur, kemudian dipindah menuju alat press atau cetak. Satu campuran mampu menghasilkan tujuh palet (per palet 12 buah). Dalam sehari petugas melakukan tiga kali mixing atau 21 palet per hari.
Staff Lingkungan UBJOM Paiton 9 Aprilia Dwi Kristiani mengatakan, dalam sehari mampu memproduksi 400 buah paving.
Bahan FABA dalam satu kali mixing pembuatan paving terdiri dari bottom ash 104 kilogram, fly ash 57 kilogram, pasir 110 kilogram, semen 20 kilogram.
"Tiga komposisi satu kali mixing menghasilkan 7 palet. Satu palet isi 12 (paving)," katanya.
Operasional produksi berlangsung mulai pukul 08.00-15.30 WIB. Semua pekerjaan menggunakan alat kecuali proses pemindahan dari bahan. Setiap hari ada security yang melakukan patrol check untuk memastikan keamanan.
PJB UBJOM Paiton sendiri telah mengantongi izin produksi FABA sejak 2019.
"Meskipun kemarin saat masih menjadi limbah B3 kita sudah ada izin pemanfaatannya yang terbit di tahun 2019. Kita mulai produksi ini di 2020, jadi aman kalau untuk masalah regulasi," ujarnya.
Lebih lanjut Dwi menjelaskan, FABA bisa menghasilkan beberapa material seperti paving, bata interlock, beton struktural dan non struktural.
"Kajiannya sudah dibuat dan sudah keluar," pungkas terkait pengolahan FABA PT PJB PLTU Paiton.