Surabaya - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi resmi mencanangkan Hari Padat Karya pada Jumat (25/3/2022), dengan memanfaatkan lahan tambak Bekas Tanah Kas Daerah (BTKD) atau lahan mangkrak.
Salah satu aset BTKD yang digunakan untuk Padat Karya itu ada di kawasan Gendong, Kecamatan Pakal. Eri mengatakan, aset BTKD yang digunakan untuk tambak ikan bandeng tersebut nantinya akan dikelola oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Seperti aset yang ada di Tambak Wedi, di lahan seluas 4 hektar itu ditanami sawi, ubi, budidaya maggot, kemudian untuk nila dan patin. Jadi kita manfaatkan itu (lahan) untuk kepentingan umat," kata Eri Cahyadi.
Baca juga: Pemkot Surabaya Terbitkan Surat Perintah Mencoblos di Pilkada Serentak 2024
Lahan tambak seluas 5,5 hektare itu bukan hanya dimanfaatkan untuk budidaya 50.000 ikan bandeng, akan tetapi juga digunakan untuk budidaya udang. Setelah itu, bibit ikan dan udang dikelola oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan hasilnya juga akan dimanfaatkan.
"Berarti apa? Kalau lahan ini dibiarkan idle (diam) tidak dimanfaatkan, kan sayang. Sehingga pemkot sebagai fasilitatornya, mengisi lahan ini dengan bandeng dan udang, kemudian hasilnya diambil oleh MBR. Kemudian ke depannya, mereka tidak lagi menggunakan dana APBD dari pemkot tapi dari hasil kerja dari MBR yang memanfaatkan lahan ini," imbuh Eri.
Bukan hanya aset BTKD Pakal saja yang diizinkan dikelola warga MBR, akan tetapi lahan yang berada di taman raya Hutan Pakal dan Wisata Pesisir Romokalisari. Aset yang dimiliki oleh Pemkot Surabaya itu diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Kota Pahlawan.
"Jadi ke depannya Insya Allah nggak onok maneh kemiskinan, nggak onok pengangguran (tidak ada kemiskinan dan pengangguran). Jadi kalau hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pemkot saja, nggak selesai ini (kemiskinan dan pengangguran), maka dari itu yang kita sepakati ini adalah Padat Karya," jelas Eri.
Setelah panen bandeng, nantinya Pemkot Surabaya akan bagi hasil dengan warga MBR sebagai pengelola. Caranya, yaitu diambil 20 persen dari hasil panen untuk dibelikan bibit baru. Setelah itu seterusnya, warga yang mengelola akan menggunakan uang hasil dari panen untuk membeli bibitnya.
"Setelah hasilnya ada, 20 persen diambil dulu untuk beli bibitnya, sehingga kita nanti juga mengajarkan bagaimana warga MBR ini menjadi entrepreneur dan pemkot yang memfasilitasi. Artinya, lahannya tetap milik pemkot tapi permodalannya dan yang lainnya nanti sudah jadi milik masyarakat," paparnya.
Baca juga: Pemkot Surabaya Raih Predikat Badan Publik Informatif KI Jatim Award 2024
Saat ini pemkot sudah bisa menyerap sekitar 150 orang tenaga kerja yang mengerjakan 5 dari 200 hektar lahan tambak di Gendong, Kecamatan Pakal, yang diisi bandeng dan udang.
Untuk jangka panjang, pemkot juga berencana membangun kawasan wisata kuliner di sana, nantinya pengunjung yang datang ke lokasi bisa menikmati kuliner seafood sembari memancing.
Eri membayangkan, konsep wisata kuliner ini nantinya ada rumah makan plus tempat pemancingan dengan konstruksi bambu seperti yang ada di Romokalisari.
"Digawe panggon kuliner kan yo isok (dibuat wisata kuliner kan juga bisa). Lampunya dipasang biar terang kalau malam, kemudian di sisi ini ada kolam ikan, kemudian bisa dibakar ditempat setelah mancing, nah iku (nah itu) cocok. Kita harus terus berinovasi," ucapnya.
Baca juga: Komitmen Berkelanjutan, Pemkot Surabaya Wujudkan Pemerataan Layanan Kesehatan
Wali kota yang akrab disapa Cak Eri itu berharap, dicanangkannya Hari Padat Karya ini bisa memakmurkan warga Surabaya khususnya MBR. Oleh karena itu, ia ingin mindset warga Surabaya bukan hanya berharap bantuan dari pemerintah, tetapi bagaimana caranya bisa mengubah nasib dengan usaha.
"Nggak duwe kerjoan, sugih nggak sugih (tidak punya pekerjaan, kaya dan miskin) itu bisa kita ubah. Kalau kita tidak usaha dan tidak bisa berinovasi, ya susah," tegas Eri.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, lahan tambak BTKD di Kecamatan Pakal itu ada 250 hektare. Dari 250 hektar, yang baru dimanfaatkan untuk Padat Karya sekitar 200 hektare.
"Sebagai awal, yang dimanfaatkan 5,5 hektare terlebih dahulu. Sedangkan di Tambak Wedi, ada 4 hektare sedangkan yang dimanfaatkan sementara ini 6000 meter persegi," ucap Antiek.