Ponorogo - Kepala Desa Krebet, Kecamatan Jambon, memastikan di desanya tak ada lagi tradisi pernikahan sedarah yang dilakukan warga setempat. Sebelumnya, tradisi ini diungkapkan Menko PMK Muhadjir Effendy saat kunjungan kerja di Kabupaten Ponorogo.
"Sudah tidak ada saat ini di sini," ujar Kepala Desa Krebet, Jemiran, Rabu (6/4/2022).
Penyelesaian pernikahan sedarah atau inses menjadi fokus pemerintah. Sebab tradisi ini digadang-gadang memicu turunnya gen negatif yang meningkatkan angka kelahiran difabel, stunting hingga kemiskinan ekstrem.
Baca juga: Panen Jagung di Ponorogo, Menko PMK Muhadjir Disambati Harga Anjlok
Menurut Jemiran, tradisi itu pengaruh dari belum masuknya teknologi ke Desa Krebet pada 1980-an. Sosialisasi warga pun terbatas. Bahkan tak sedikit yang tidur di satu tempat.
"Tahun 1980-an, karena listrik belum masuk. Akhirnya kejadian pernikahan sedarah itu. Sekarang saya pastikan sudah tidak ada," jelasnya.
Terlebih, setiap ada warga yang melahirkan, lanjut Jemiran, tidak ada yang ke bidan atau dokter. Warga lebih memilih melakukan persalinan ke dukun bayi.
"Saat ini ada 90 orang yang disablitas di Desa Krebet. Dari 7.600 warga," sebutnya.
Meski masih ada 90 penyandang disabilitas, ia memastikan tak sepenuhnya dari hasil pernikahan sedarah, melainkan karena kurangnya asupan yodium dan zat besi dalam tubuh.
Senada, Kepala Desa Sidoharjo, Parnu menyebut tak ada lagi pernikahan sedarah di desanya. Menurutnya hal itu hanya isu yang berkembang di masyarakat.
Baca juga: Pj Gubernur Jatim Tinjau Pelabuhan Jangkar Situbondo, Pastikan Arus Mudik Lancar
"Ada 60 disabilitas. Tapi bukan karena pernikahan sedarah. Melainkan kurang gizi sehingga mengakibatkan cacat," terangnya.
Sebelumnya, saat kunjungan kerja ke Ponorogo pada Senin (4/4/2022), Muhadjir Effendy mengapresiasi keberhasilan Pemkab Ponorogo dalam mengatasi problem stunting dan kemiskinan ekstrem. Angka kemiskinan di Ponorogo turun 9 persen atau lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko yang mendampingi lawatan Muhadjir menyebut, pihaknya mengurai tradisi pernikahan sedarah secara bertahap.
Menurutnya, tak hanya inses saja yang melatarbelakangi kelahiran difabel, stunting dan kemiskinan ekstrem, melainkan adanya faktor kekurangan yodium.
"Kami sudah melakukan beberapa langkah. Sudah melakukan penyadaran, dan sekarang hampir tidak ada (inses)," tegas Kang Giri, sapaan Sugiri Sancoko.
Baca juga: Pengakuan UNESCO atas Reog Ponorogo Terganjal Dua Hal, Begini Penjelasan Menko PMK
Sugiri memastikan pemkab melakukan pemenuhan gizi bagi warga di Kecamatan Jambon. Dari data yang ada, di Kecamatan Balong, Jambon dan Badegan, saat ini ada 700 orang menyandang disabilitas.
"Sekarang tinggal yang kita perlukan gizi terpenuhi," jelasnya.
Salah satu langkah mencegah stunting dan pengentasan kemiskinan ekstrem, adalah program Dana RT. Di mana setiap RT di Kabupaten Ponorogo menerima Rp10 juta rupiah yang bisa digunakan sebagai dana kesehatan.
"Bisa selesai pada tingkat RT. Untuk mengurai permasalahan kesehatan," pungkas Kang Giri.