Pixel Code jatimnow.com

Kasus Capai 1 Juta, Pemerintah Perkuat Sinergi Percepatan Eliminasi TBC 2030

Editor : Yanuar D  
Percepatan eliminasi TBC di RS Siti Khodijah Sepanjang. (Foto: Fatkur Rizki/jatimnow.com)
Percepatan eliminasi TBC di RS Siti Khodijah Sepanjang. (Foto: Fatkur Rizki/jatimnow.com)

jatimnow.com - Pemerintah menegaskan komitmennya untuk mempercepat eliminasi tuberkulosis (TBC) pada tahun 2030. Hal ini ditegaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., saat menghadiri acara percepatan eliminasi TBC di RS Siti Khodijah Sepanjang, Taman, Kabupaten Sidoarjo, Kamis (2/10/2025).

Menurut Pratikno, TBC masih menjadi tantangan serius bagi Indonesia. Dengan jumlah kasus mencapai 1.090.000, Indonesia menempati urutan kedua tertinggi di dunia setelah India. 

“Pemerintah sedang sangat serius menangani tuberkulosis. Ini penyakit lama, tapi sempat terinterupsi saat pandemi COVID-19. Karena itu sekarang kita upayakan percepatan penanganan semaksimal mungkin,” ujarnya.

Untuk memperkuat langkah, pemerintah membentuk Tim Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis (TP2TB) dan mengembangkan program Desa Siaga TB hingga ke tingkat desa. 

“Kami hidupkan lagi strategi TOSS – Temukan, Obati Sampai Sembuh. Obat tersedia di puskesmas dan rumah sakit. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir, yang penting mau screening dan berkomitmen berobat sampai tuntas,” kata Pratikno.

Ia menekankan, penanganan TBC tidak bisa hanya dilakukan melalui layanan kesehatan, tetapi harus melibatkan dukungan lintas sektor dan komunitas. Selain pengobatan, penderita TBC perlu dukungan lingkungan, asupan gizi yang baik, serta rumah dengan pencahayaan dan ventilasi memadai. 

“TB bukan hanya urusan Kementerian Kesehatan. Semua kementerian dan pemerintah daerah kita libatkan. Ekosistem sekitar pasien juga harus mendukung, agar mereka cepat sembuh dan tidak menularkan,” jelasnya.

Baca juga:
Pemkab Lamongan Perkuat Skrining Kasus TBC

Dalam kesempatan itu, Pratikno juga menekankan pentingnya menghapus stigma terhadap penderita TBC. 

“Jangan memberikan stigma negatif. Pasien TBC harus didukung. Setelah sebulan minum obat, mereka tidak lagi menular, meski pengobatannya butuh beberapa bulan. Yang penting ada dukungan, agar tidak merasa terasing,” tegasnya.

Ia menambahkan, langkah percepatan eliminasi TBC akan semakin kuat dengan dukungan organisasi masyarakat, termasuk jaringan rumah sakit Muhammadiyah. 

Baca juga:
Waspada TBC: Kenali, Cegah dan Obati Sampai Sembuh!

“Kami berterima kasih atas dukungan RS Muhammadiyah. Ini luar biasa membantu pemerintah dalam penanggulangan TBC,” katanya.

Acara di RS Siti Khodijah ini menjadi momentum penguatan sinergi lintas sektor di Jawa Timur. Pemerintah berharap, melalui peningkatan deteksi dini, percepatan screening, dan pengobatan tuntas, jumlah kasus TBC di Indonesia dapat segera ditekan secara signifikan.

Reporter: Fatkur Rizki