Kota Kediri - Sejumlah perempuan penyandang disalibitas di Kota Kediri terlibat perayaan Hari Kartini dalam ajang Kediri Woman Festival (KWF) 2022, Kamis (21/4/2022) sore.
Selain peragaan busana tenun ikat khas Kota Kediri, obrolan bagaimana menggapai pernikahan dan keluarga impian hingga bisnis, juga digelar sebagai momentum pembuktian bahwa perempuan bebas memilih antara karir dan cinta.
Peragaan busana dalam acara ini menampilkan karya-karya menarik dari pelajar di Kota Kediri. Dalam peragaan busana ini, seluruh model mengenakan baju-baju berbahan kain tenun ikat khas Kota Kediri. Ada 14 baju yang didesain oleh 10 pelajar dari SMK Negeri 3 Kota Kediri.
Baca juga: Hari Kartini, Disbudpar Jatim Ajak Puluhan Perempuan Tangguh Berwisata di Batu
Yang menarik, para model hadir dari penyandang disabilitas Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia. Sebagian dari mereka tampil menggunakan kruk atau alat bantu jalan. Mereka bersama ragam perempuan lainnya itu tampil cantik dengan balutan wastra nusantara ini.
"Saya ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa cantik itu beragam. Cantik tidak harus putih, cantik itu tidak harus tinggi, cantik tidak harus kurus. Semua wanita itu cantik, tinggal siapa yang melihat. Nah saya mau mengangkat mereka agar perempuan yang biasanya dipandang sebelah mata ini, kalau mereka ini bisa berkarya," ujar Penggagas Kediri Woman Festival 2022, Nadya Regina Suwono.
Melalui Kediri Woman Festival 2022 ini, perempuan yang akrab disapa Rere itu juga ingin mengajak perempuan-perempuan di Kediri ini untuk bebas memilih hidup mereka.
Bagi politisi muda kelahiran Oktober 1996 itu, tidak salah bila perempuan memilih menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Namun salah jika perempuan meninggalkan mimpi mereka hanya karena tuntutan keluarga dan orang sekitar.
Baca juga: 3 Srikandi Freeport Bagi Tips Sukses jadi Kartini Masa Kini
"Nah ini kan kasihan, perempuan jadi tidak bisa memilih tidak bisa merdeka dengan hidupnya. Tidak salah perempuan yang memilih jadi ibu rumah tangga," tambah anggota DPRD Kota Kediri termuda itu.
Bagi Rere, juga tidak masalah jika perempuan memilih keduanya, antara karir dan cinta. Termasuk kapan mereka harus menikah.
"Mau menikah muda, mau menikah usia 40 tidak apa-apa. Perempuan boleh memilih, tidak ada patokan. Perempuan boleh memilih keduanya (karir dan cinta)," tegas Rere.
Baca juga: Warga Kota Malang Lestarikan Tradisi dan Budaya pada Kartini Riyoyo Kupatan
Sedangkan, lanjut Rere, terkait tuntutan keluarga atau orang sekitar, nilai diri perempuan tidak ditentukan dengan perkataan orang lain. Untuk itu dia perlu berbicara dengan perempuan bahwa mereka bisa menentukan hidup mereka sendiri.
"Kita perlu bicara, kita perlu membuka mata para perempuan bahwa kehidupan yang nyata dari kita sendiri. Kita sendiri yang menentukan," pungkas Rere.