Surabaya - Petugas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur rajin mengobrol dengan pelajar tentang fase kehidupan untuk mencegah terjadinya pernikahan dini. Seperti halnya yang dilakukan di pusat tongkrongan anak-anak muda di kawasan SMA kompleks di Surabaya, Rabu (25/6/2022). BKKBN Jatim mengundang puluhan kelompok pelajar kelas menengah atas diajak untuk berdiskusi, berpendapat dan diberikan arahan terkait dampak pernikahan dini.
"Ini merupakan kegiatan BKKBN Jatim sebagai langkah preventif supaya tidak ada pernikahan dini," kata Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Maria Ernawati, Jumat (27/5/2022).
Untuk kasus pernikahan dini atau pernikahan anak, Jatim tidak termasuk provinsi di peringkat 10 besar di Indonesia. Tapi absolutnya di Jatim lebih banyak kasus tersebut karena penduduknya banyak.
Baca juga: Gencar Turunkan Stunting, Pemkab Jember Minta TPPS Buka Info Fakta Lapangan
"Maka, saya ingin berdiskusi dan dialog dengan mereka (pelajar) terkait kebutuhan mereka, yang sekiranya kami pemerintah bisa fasilitasi untuk menjadikan satu agent of change," katanya.
Sebab menurut Maria, jika dilakukan dengan berbicara antarremaja dan melalui media sosial itu lebih mengena daripada berbicara secara program.
Baca juga: BKKBN dan LDII Teken MoU Cegah Stunting di Ponpes Wali Barokah Kediri
"Jadi harus hati ke hati. Kebutuhan mereka, batas-batas terkait kehidupan berumah tangga seperti apa," ujarnya.
Lebih lanjut, Maria menjelaskan BKKBN mempunyai tugas untuk menyiapkan generasi berencana. Generasi yang berkualitas dan unggul. Terutama menghadapi di tahun 2045 atau disebut Indonesia emas.
"Yang menjadi problem ada banyak hal. Ada tiga isu besar, pertama dengan adanya kematian ibu dan bayi, stunting dan kemiskinan ekstrem. Faktor itu yang menyebabkan ketidak terencanaan dalam kehidupan berkeluarga," tuturnya.
Baca juga: Kampung Kanjeng Djimat Mojokerto Wakili Jatim Lomba KB Nasional
Dengan edukasi para pelajar atau remaja, diharapkan mereka akan paham atau bisa ke depannya merencanakan kehidupannya sesuai dengan fase hidup.
"Yakni kapan harus sekolah, kapan harus kerja, kapan harus berkeluarga dan punya anak berapa," ujarnya.