Nicotine War Goes Unair: Membedah Siasat Korporasi Farmasi Jualan Nikotin

Sabtu, 18 Jun 2022 14:55 WIB
Reporter :
Farizal Tito
Bedah buku Nicotine War karya Wanda Hamilton di ASEC Tower, Surabaya, Jumat (17/6/2022).(Foto: forsida Unair for jatimnow.com)

Surabaya - Komunitas Kretek bekerja sama dengan Forum Silaturahmi Mahasiswa Daerah (FORSIDA) Universitas Airlangga, menggelar bedah buku Nicotine War karya Wanda Hamilton di ASEC Tower, Surabaya, Jumat (17/6/2022). Diskusi bedah buku bertajuk ‘Membedah Siasat Korporasi Farmasi Jualan Nikotin’ ini menghadirkan sejumlah narasumber. Yakni, Budayawan Yogyakarta dan Penulis buku Saya Jawa dan Islam Irfan Afifi; Dosen Komunikasi Politik, Universitas Airlangga, DR. Suko Widodo, Drs., Msi ; Koordinator Nasional Komunitas Kretek 2010-2016 dan Penulis buku Membunuh Indonesia, Abhisam Demosa.

Nicotine War, menurut Abisham, adalah hasil riset dan kajian Wanda Hamilton yang menguliti kepentingan bisnis obat-obatan yang dikenal sebagai Nicotine Replacement Therapy (NRT) dalam agenda global pengontrolan tembakau. Perang nikotin sebagaimana digambarkan Wanda Hamilton, sudah nyaris dimenangkan korporasi-korporasi farmasi internasional dengan kesuksesannya melalui kampanye global antitembakau serta dukungan penuh dari WHO, lembaga kesehatan publik, pemerintahan dan NGO anti tembakau.

“Siasat bermitra dengan pemerintah, otoritas kesehatan publik, dan membuat propaganda kesehatan melalui jaringan media, termasuk secara sistematis mengintervensi para dokter adalah semata untuk mematikan industri tembakau. Tujuannya jelas, nikotin tidak lagi dikonsumsi melalui rokok, melainkan melalui racikan farmasi,” jelas Abhisam melalui siaran tertulisnya, Sabtu (18/6/2022).

Baca juga: FKG Unair Berikan APD pada Pekerja Galian C Bukit Jaddih Bangkalan

Bagi Abhisam, isu antirokok telah berkembang di Indonesia. Salah satu agenda besarnya adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang terus diperingati di Indonesia setiap 31 Mei.

“Segala kampanye antirokok di Indonesia hari ini adalah duplikasi strategi yang sudah dibongkar Wanda Hamilton dalam Nicotine War. Menaikkan cukai tinggi, membuat peraturan yang eksesif, dan sebagainya itu, tak lain adalah untuk mematikan Industri Hasil Tembakau (IHT) dalam negeri, agar leluasa memonopoli peredaran nikotin. Bayangkan jika IHT ini tumbang, kedaulatan pun turut terancam,” terang Abhisam.

Sementara itu, Budayawan Yogayakarta Irfan Afifi menggunakan pendekatan kebudayaan dalam memahami Nicotine War. Menurutnya, kebijakan dan regulasi IHT dalam negeri yang meniru kerangka kebijakan asing adalah bukti bahwa bangsa ini sering gamang menentukan sikap dan tidak berdaulat atas dirinya sendiri.

“Ini pernah terjadi di sektor pertanian seperti Kopra. Kesadaran kita tentang kesehatan sering kali diarahkan hasil kampanye masif, bukan karena keyakinan dan kemandirian berpikir sendiri. Seperti narasi merokok sebagai sebuah kebiasaan malah menjadi narasi menghisap rokok adalah candu hingga perokok adalah pecandu,” ungkap Irfan.

Baca juga: Menteri AHY Lulus Program Doktor di Unair Surabaya dengan Predikat Cumlaude

Ketidakmandirian pada level pengetahuan, lanjut Irfan, membuat bangsa Indonesia sering tidak tepat menemukan solusi atas berbagai persoalan. Masyarakat Indonesia telah lama diintervensi kampanye kesehatan yang masif dan dipaksa mengamini hasil penelitian luar negeri secara mentah-mentah.

\

“Kita harus menjaga nalar kebudayaan. Sebab itulah yang membuat kita masih bekerja membentengi rokok kretek sebagai produk kebudayaan Indonesia,” tegas pemilik Langgar.co tersebut.

Hal Senada juga diungkapkan Dosen Komunikasi Politik Universitas Airlangga Suko Widodo. Ia menilai adanya ketidakadilan di dalam penerapan regulasi IHT.

Baca juga: Menteri AHY Jalani Ujian Terbuka Doktoral di Unair Surabaya

“Sebelum melarang sebaiknya para ahli kesehatan benar-benar melakukan penelitian mengenai manfaat tembakau, karena saya yakin semua yang ada di dunia ini bukan sesuatu yang sia-sia dan pasti memiliki manfaat positif. Tembakau atau kretek ini adalah harta karun yang nilainya besar dan harusnya bisa mengangkat perekonomian di negara ini,” ujar Suko.

Suko membeberkan data, akibat kenaikan tarif cukai pada kurun waktu tahun 2015 -2020 terjadi penurunan produksi rokok dari 348,1 miliar batang menjadi 322 miliar batang atau turun 7,47 persen. Akibat penurunan produksi rokok, serapan tembakau petani menjadi terpengaruh.

“Semua fenomena ketidakadilan itu akan dengan mudah kita pahami jika mau membaca Nicotine War. Cara-cara bagaimana antirokok menepikan industri rokok tidak ada beda,” pungkasnya.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler