Mojokerto - Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, diyakini sebagai bekas ibu kota era Kerajaan Majapahit di abad ke-14. Ada beberapa peninggalan sejarah yang menjadi andalan wisata desa tersebut. Antara lain Candi Brahu dan Situs Siti Inggil.
Tak hanya terkenal dengan Kampung Wisata Majapahit, Desa Bejijong juga terdengar ke luar daerah dengan ekonomi kreatif atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Terdapat kerajinan kuningan, batik dan telur asin asap yang dikelola perorangan dalam naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
"Ada tiga produk UMKM kami dan sudah ada beberapa lembaga yang menangani dengan bersama pelaku usaha tersebut," kata Kepala Desa Bejijong Pradana Tera Mardiatna, Jumat (24/6/2022).
Baca juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Angkat Motif Jenon, Ini Maknanya
Sementara itu, pembatik dan pemilik Art Cempaka Sri Mujiatin mengatakan, pembuatan batik tulis memakan waktu 3 hingga 4 minggu. Tergantung kesulitan desain yang dipilih.
"Tergantung kerumitan desain, bisa tiga sampai empat minggu untuk satu lembar kain. Itu proses canting saja belum pewarnaan. Yang desain sendiri, yang nyanting sendiri, yang mewarnai sendiri, dan finishing sendiri kurang lebih empat orang satu lembar ini," kata Sri Mujiatin.
Untuk harga juga tergantung pada kerumitan desain yang dikerjakan. Mujiatin menyebut harga mulai dari Rp120 ribu hingga paling mahal Rp2 juta.
"Khas Mojokerto ini yang penting surya majapahit sama gapura dan teratai lainnya pengembangan saja. Surya majapahit ini yang melambangkan delapan arah mata angin. Saya juga mengangkat kampung majapahit dan buah mojo ini saya buat inovasi," ungkapnya.
Baca juga: Anggota DPRD Jatim Ini Usul Batik dari 14 Dapil jadi Seragam
Batik yang paling mahal ini ada cerita tentang majapahit, lanjut Mujiatin, motifnya ada cerita babat alas hingga kejayaan majapahit ada juga orang membatik, cor kuningan, kolam segaran, buah mojopahit, Gajahmada.
"Lembaran ini dibeli ibu Kapolres Mojokerto kabupaten (istri AKBP Apip Ginanjar) satu, yang beli nyonya kapolres namanya siapa saya lupa. Ini di display di ruangannya kapolres, nyonya kapolres yang beli kesini waktu kunjungan," bebernya.
Menurut Mujiatin, untuk pemasaran batiknya, masih dalam Kabupaten Mojokerto saja. Setelah dihantam pandemi Covid-19, penjualan mulai merangkak.
"Alhamdulillah mulai merangkak setelah Bupati Mojokerto mengadakan event UMKM batik, tergantung dari diri kita sendiri. Saya dipesan oleh OPD dan SKPD dan desainnya berbeda-beda, itu dibagi beberapa pembatik," ujarnya.
Baca juga: Desainer FikyAisha Bakal Tampilkan Batik Tanjung Bumi Bangkalan di JMFW
Selain batik tulis, Rumah Art Cempaka ini juga memproduksi batik cetak atau cap. Harganya lebih murah daripada batik tulis karena pembuatan sedikit mudah.
Trisno, pembatik cetak, pembuatan batik cap ini dibutuhkan alat cetak dari tembaga atau kertas songko yang sudah didesain model lalu ditempelkan ke kain.
"Sehari bisa memproduksi 15 kain. Prosesnya lebih cepat dari canting dan harganya juga lebih murah. Prosesnya cepat karena dibawah ini ada plastik tipis dan air sehingga langsung kering. Pembuatannya tidak bisa terlalu ditekan karena takut jebol atau rusak plastiknya," pungkasnya.