Manado - Misi Dagang dan Investasi menjadi cara jitu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkit neraca perdagangan dan kerjasama strategis antar daerah. Program ini juga menjadi salah satu harapan bagi daerah untuk mengendalikan laju inflasi.
Hal itu diungkapkan Khofifah saat memimpin gelaran Misi Dagang dan Investasi antara Jawa Timur dan Sulawesi Utara (Sulut) di Sintesa Peninsula Hotel, Kamis (25/8/2022).
Khofifah mengatakan, sesuai arahan Gubernur Bank Indonesia yang mengatakan bahwa laju inflasi dapat dikendalikan antara lain melalui peningkatan kerjasama antar daerah.
Baca juga: Apel Terakhir, Khofifah Minta Tetap Jaga Sinergitas: Sampaikan Terima Kasih Saya
"Sebelum arahan ini muncul, Jatim sudah keliling. Kita terus gerilya untuk memperkuat kerjasama antar daerah melalui misi dagang sejak Tahun 2019," ungkapnya.
Selama misi dagang ini dilaksanakan, Khofifah mengakui adanya antusiasme yang kuat baik dari pelaku usaha maupun buyer. Antusiasme juga tampak dalam misi dagang dan investasi di Kota Manado Sulawesi Utara ini.
Transaksi dimulai pukul 09.00 WITA dengan serangkaian perkenalan pedagang kedua provinsi serta peragaan busana tenun dan batik dari kedua provinsi.
Sementara pembukaan dilakukan pada pukul 11.45 dengan ditandai pemukulan alat musik khas Sulawesi Utara berupa Tambor oleh Gubernur Khofifah dan Wagub Sulut Steven Kandouw, delapan jam berikutnya pukul 18.00 WITA, transaksi ditutup, tercatat total 40 transaksi mencapai Rp159 miliar.
Dalam misi dagang kali ini, Khofifah membawa 38 pelaku usaha asal Jatim untuk memasarkan hasil usahanya. Antara lain produk tas anyam, produk tile (granit dan keramik), batik tulis, jasa kepelabuhanan, olahan ikan, olahan kopi dan cokelat, beragam produk holtikultura dan sebagainya.
Sementara dari Provinsi Sulawesi Utara menghadirkan sebanyak 100 pelaku usaha yang bergerak di berbagai bidang. Di antaranya olahan ikan atau frozen food, arang batok kelapa, rempah, produk holtikultura, gula aren, sarang burung walet dan masih banyak lagi.
"Tahun 2021 kita sempat mengalami defisit perdagangan eksport luar negeri karena kelangkaan kontainer, sehingga ekspor ke luar negeri Jatim agak terhambat . Namun di tahun yang sama, tahun 2021 neraca perdagangan antar daerah surplus Rp 233,02 triliun," jelasnya.
"Sedangkan pada semester I Tahun 2022, neraca perdagangan Jatim dengan antar provinsi dan pulau telah mencapai Rp 151 triliun," tambahnya.
Di sinilah Khofifah melihat besarnya potensi yang harus dimanfaatkan antar masing-masing daerah se Indonesia. Sebab jika tidak, maka pasar kita akan dibanjiri produk luar negeri sementara kita memiliki kemampuan untuk memenuhinya.
"Kita harus saling proaktif mendatangi daerah-daerah. Karena pasar kita sangat besar potensinya. Jika tidak kita manfaatkan, maka pihak luar negeri yang akan menguasai pasar kita, sementara kita punya kemampuan untuk memenuhinya," ungkapnya.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini juga menyampaikan, industri manukfaktur di Jatim memiliki kontribusi besar yakni lebih dari 30%. Hal tersebut disampaikannya bisa menjadi potensi kerjasama strategis antara Jatim dengan Sulut.
"Misi Dagang dan Investasi artinya peluang untuk berinvestasi baik dari Jatim ke Sulut maupun sebaliknya sama pentingnya. Kenapa? Industri manufaktur di Jawa Timur itu lebih 30%. Katakanlah raw materialnya dari Sulut. Rempah-rempahnya di sini luar biasa Kemudian proses manufakturnya di Jatim dan kemudian kembali menemukan pasar di Sulut. Ini akan jadi kontrak bisnis yang win win profit," papar dia.
Sebagai informasi, berdasarkan data BPS catatan transaksi perdagangan antara Jatim dan Sulut di Tahun 2021 mencapai total nilai Rp 1,75 triliun. Dengan rincian nilai muat (Jatim ke Sulut) sebesar Rp 1,45 triliun dan nilai bongkar (Sulut ke Jatim) sebesar Rp 300,45 miliar. Dari transaksi ini, neraca perdagangan Jatim atas Sulut mengalami surplus sebesar Rp 1,15 triliun.
Adapun barang yang diminati oleh Provinsi Sulut dari Jatim adalah minyak bahan bakar, cerutu dan sigaret, buah apel, perhiasan dan aksesoris, jeruk pamelo, anggur, sepeda motor, daging dan telur ayam serta minyak goreng.
Sedangkan barang yang diminati Provinsi Jatim dari Sulut adalah briket batubara, ikan hidup, kayu gelondongan dari pohon bukan jenis konifera, ikan beku, biji pala, bunga pala, kapulaga, getah alam hingga kacang-kacangan.
Baca juga: Catatan Kinerja Khofifah di Mata Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jatim
Selain menggelar misi dagang, Khofifah juga menggelar Forum Silaturahmi Masyarakat Sulawesi Utara asal Jatim. Kepada seluruh tamu undangan yang hadir, Khofifah menyampaikan bahwa pentingnya toleransi dan moderasi dalam keberagaman harus dijunjung tinggi.
Teken 25 MoU bukti nyata komitmen membangkitkan ekonomi bersama antara Jatim dan Sulut
Dalam misi dagang kali ini juga dilakukan Penandatangan Nota Kesepahaman (MoU) yang dilakukan oleh beberap OPD Pemprov Jatim, BUMD Jatim, dan Organisasi Pengusaha di Jatim dengan Provinsi Sulawesi Utara.
Tercatat ada 25 Perjanjian Kerjasama yang telah di lakukan hari ini. Pelaksanaan penandatanganan MoU ini sendiri terbagi dalam dua kali sesi. Selain 11 OPD yang melakukan perjanjian kerjasama, juga ada 11 BUMD milik Jatim dan 3 Organisasi Bidang Usaha di Jatim.
Untuk organisasi pengusaha, dilakukan penandatanganan MoU oleh KADIN Jatim dengan Sulut, IWAPI Jatim dengan Sulut, FORKAS Jatim dengan Sulut.
"Kita harapkan dari kegiatan ini adalah tindak lanjut dan kontinuitas dari proses resiprokal trading ini. Karena antara Pemprov Jawa Timur dengan Pemprov Sulawesi Utara ada kebutuhan-kebutuhan yang bisa saling mengisi dan saling memenuhi," harapnya.
Khofifah menambahkan bahwa setiap daerah utamanya Sulut termasuk juga Jatim, wajib melakukan proses penemu-kenalan sebuah potensi yang memungkinkan untuk mensubtitusi barang impor di daerah lainnya.
"Sesungguhnya penemu kenalan di lapangan ternyata menjadikan sama-sama terinisiasi untuk melakukan sesuatu yang lebih produktif di antara kedua pihak," paparnya.
Baca juga: Mendagri Tunjuk Adhy Karyono Gantikan Khofifah, jadi Pj Gubernur Jatim
Sementara Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven Kandouw menyampaikan rasa terima kasihnya atas kehadiran seluruh rombongan dari Jatim untuk gelaran misi dagang.
Steven menjelaskan dengan total penduduk 2,62 juta jiwa, Sulut memiliki angka kemiskinan yang berada dibawah standar 10% yakni 7,9%. Pertumbuhan ekonomi Sulut pada kondisi pandemi mencapai 5,8% diatas rerata nasional.
Sulut juga menjadi provinsi yang paling bahagia nomor 3 se Indonesia dimana peringkat pertamanya disabet oleh Jawa Timur.
"Mengapa demikian, di sinilah anda akan menemukan sebuah keharmonian. Karena sulut adalah salah satu provini yang paling harmoni dan memiliki partisipasi gender tertinggi di Indonesia," ungkap dia.
"Sebanyak 30% eselon II adalah wanita dan 60% eselon I adalah seorang wanita juga," tambahnya.
Dia menuturkan, Manado dalam hal ini Sulawesi Utara merupakan second home bagi masyarakat yang ada di wilayah Indonesia Timur.
"Jadi sangat pas jika misi dagang ini di gelar di Sulawesi Utara. Saya optimis bahwa potensi sustainable perdagangan disini sangat diperlukan utamanya dari Jatim," ujarnya.
Sebab, lanjut dia, hanya Provinsi Jatim yang pertama kali menggelar misi dagang di Sulawesi Utara. Dirinya juga optimis bahwa jika sinergi sudah terjalin maka sustainable harus dipertahankan.
"Ini karena saya survei ke bupati-bupati yang ada di kepulauan kami, 70% consumer goods berasal dari Surabaya langsung tanpa melewati Manado. Inilah yang membuat saya yakin bahwa pemilihan Sulawesi Utara sebagai lokasi misi dagang adalah hal yang sangat tepat. Semoga kerjasama sinergis akan terjalin dan berkesinambungan," tandasnya.