jatimnow.com - Naiknya harga kedelai impor di pasaran yang mencapai Rp12.650 per kilogram, membuat pengusaha keripik tempe di Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, kelimpungan.
Pasalnya, perajin keripik tempe rumahan ini seratus persen bergantung pada kedelai yang menjadi bahan baku utamanya. Kondisi ini membuat usahanya diambang pintu kebangkrutan.
Salah satu perajin kripik tempe Imam Kalimi mengaku dampak kenaikan kedelai impor bulan ini sangat mempengaruhi hasil produksi olahan cemilannya.
Baca juga: Luluk - Lukman Sowan Kiai Ahmad Hasan Jombang, Direstui Menang Pilgub Jatim
"Jelas kami terdampak, karena bahan bakunya dari kedelai. Jadi saya harus mengatur siasat untuk penjualannya, dan semakin sulit produksi kalau seperti ini untuk menaikkan harga jualnya," ungkapnya, Sabtu (1/10/2022).
Untuk menyiasati agar usahanya yang dirintis sejak 17 tahun silam tidak gulung tikar, ia terpaksa harus mengurangi isi keripik tempe yang dikemas dan dijual ke konsumen. Hal ini dikarenakan ia tak mau kehilangan pelanggan lantaran harga jualnya dinaikkan.
Baca juga: Pj Bupati Jombang Ajak Petani Tembakau di Kabuh Kembangkan Kawasan Industri Sigaret
"Kalau keripik tempe pakai kedelai lokal, hasilnya kurang bagus dan tidak bisa mengembang seperti ini. Jadi kenaikan ini, kami sangat terdampak karena memakai kedelai impor dan hasilnya lebih bagus," katanya.
Sejak kedelai impor naik, ia mengaku tetap memilih menggunakannya dan tidak beralih ke kedelai lokal. Dalam sehari, ia biasanya menghabiskan 20 kilogram kedelai impor. Namun kini, ia produksi keripik tempe hanya jika ada pesanan saja.
"Jika sudah menjadi keripik tempe jadi 35 kilogram tiap 20 kilogramnya. Kalau tidak naik harga kedelai, setiap hari tetap produksi seperti biasanya. Tapi kini produksi jika ada pemesanan banyak. Sejak kedelai impor naik, produksi hanya 3 sampai 4 hari selama seminggu," bebernya.
Baca juga: Data Korban Tewas Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari Malang di Tol Jombang
Ia mengaku jika harga kedelai impor sampai tembus Rp20 ribu per kilogramnya, maka usahanya bakal gulung tikar.
"Jika kondisi kedelai impor ini alami kenaikan terus, bisa-bisa usaha keripik tempe gulung tikar. Mudah-mudahan tidak," pungkasnya.