jatimnow.com - Sejumlah siswa di MTs Unggulan Al Ishlah Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi berharap Kegiatan Belajar Mengajar di tempat mereka menuntut ilmu bisa kembali normal.
Dari 219 murid yang terbagi dalam 3 tingkatan, kelas VII, VIII, dan kelas IX di 6 kelas, 3 siswa diantaranya bersedia diwawancarai.
Secara garis besar, ketiganya berharap apapun permasalahan yang terjadi di internal sekolah, jajaran dewan guru maupun pihak yayasan, jangan menjadikan mereka sebagai korban.
Baca juga: Gus Fawait Siapkan Program Bupati Mendengar Guru, Peduli Pendidik di Jember
Baca juga: 11 Guru MTs di Banyuwangi Mundur, Kegiatan Belajar Siswa Terbengkalai
"Harapannya proses belajar mengajar tidak sampai kosong karena gak ada guru," pinta Dina Oktavia Sabila yang duduk di bangku kelas VIII, di halaman sekolah di Jalan Sultan Agung 45 Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar, Kamis (26/7/2018).
Meskipun, katanya, beredar kabar tentang justifikasi sekolahannya yang dijuluki 'sekolahan teroris' dirinya mengaku tidak tahu menahu dan terkesan biasa-biasa saja.
Baca juga: Begini Tanggapan Ketua Yayasan Mts Al Ishlah soal Keluarnya 11 Guru
"Ya denger sih, tapi seperti guyonan saja," katanya yang mengaku tinggal di bilangan Desa Sumbersewu.
Demikian halnya dengan Fandi Rifki (kelas VIII) dan Ahmad Afandi (kelas IX) di sekolah MTs Unggulan Al Ishlah ketika ditanya terkait materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
Baca juga: 1,6 Juta Guru Belum Tersertifikasi, Komisi X DPR RI Beri Perhatian Serius
"Pelajaran agamanya akidah akhlak, Alqur'an hadits, fikih, sama seperti pelajaran di sekolah teman saya," kata Fandi sembari mengingat-ingat materi pelajaran agamanya.
Sedangkan Ahmad Afandi menambahkan, rumor atau kabar perihal julukan 'sekolahan teroris' di tempatnya belajar itu dianggapnya sebagai bahan guyonan atau sebuah candaan belaka.
"Ya ada teman-teman yang nggudo (meledek) seperti itu, tapi ya guyon aja," katanya.
Baca juga: Dijuluki Sekolah Teroris, 11 Guru Mts di Banyuwangi Mengundurkan Diri
Menurutnya, semenjak dirinya masuk sekolah hingga kelas IX sekarang ini, guru agama di sekolahnya tidak mengajarkan yang macam-macam.
Baca juga: Pj Bupati Pasuruan: Tak Hanya Pengetahuan, Guru juga Harus Kuasai Teknologi
"Setelah pelajaran, kadang diberi PR yang dari buku atau LKS," tutup Afandi.
Reporter: Hafiluddin Ahmad
Editor: Erwin Yohanes