jatimnow.com - Batik tulis Sari Kenongo tetap eksis di tangan generasi ketiganya, Lintang Septianti Hartono. Batik asal Kecamatan Tulangan, Sidoarjo ini mempertahankan motif bayeman dan sunduk kentang sebagai ciri khasnya.
Lintang sebagai pemilik batik Sari Kenongo, khawatir tradisi membatik pupus kelestariannya seiring minimnya kepedulian generasi muda akan warisan leluhur. Untuk melestarikannya, batik tulis yang merupakan buah karya asal Desa Kenongo, kini berada di Kecamatan Sarirogo, Kota Sidoarjo, membuka kesempatan magang bagi siswa SMK.
Baca juga: SD Muhammadiyah 3 Wage Taman Sidoarjo Membatik Bersama
"Tantangan terberat bagi pengusaha batik Sari Kenongo saat ini, bukan pada kualitas batiknya. Namun bagaimana caranya agar batik Sari Kenongo tetap ada dan menjadi ciri khas Kabupaten Sidoarjo," ujar Lintang, Senin (3/10/2022).
"Sebenarnya kami khawatir akan kelestarian batik kebanggaan kami karena minimnya generasi muda yang mau dan peduli dengan batik Sari Kenongo yang menjadi warisan leluhurnya," tambahnya.
Menurut wanita 34 tahun ini, perajin berusia lanjut lah yang dulu terus membatik hingga Desa Kenongo menjadi sentra industri batik tulis. Lambat laun jumlahnya semakin berkurang hingga menyisakan generasi ketiga yang berjumlah 20 orang yang berproduksi.
Baca juga: Istana Berbatik, Ini Makna Filosofis Motif Parang yang Dikenakan Presiden Joko Widodo
"Upaya kami, memberikan pemahaman kepada generasi muda dan menanamkan kecintaannya pada batik, ini menjadi tantangan yang tersulit saat ini. selain menerima sebanyak-banyaknya siswa magang, kami juga kerap mengikuti workshop hingga pameran batik baik dari Dekranasda Kabupaten hingga provinsi," bebernya.
Di rumah produksi kedua di Desa Sarirogo, Lintang pekerja dari SMK tekstil Kecamatan Jabon, Sidoarjo setiap hari tetap memproduksi batik. Mereka kebanjiran pesanan hingga Papua.
Selembar batik tulis Sari Kenongo dibanderol Rp350 ribu hingga Rp15 juta.
Baca juga: Jatimnow Hari Ini: 125 Orang Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan Malang
"Selain dikerjakan di sini, sebagian batik juga dikerjakan di rumah dan hasilnya disetor kembali. Satu helai batik tulis Sari Kenongo bisa diselesaikan satu hingga enam bulan. Maka, harganya pun juga semakin mahal tergantung tingkat kesulitan dalam pembuatannya," terang Lintang.
"Para perajin pun juga merasa karyanya dihargai karena hal tersebut merupakan warisan nenek moyang yang patut dilestarikan. Di Hari Batik Nasional, patut kiranya generasi muda semakin mencintai batik yang kini sudah diakui oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia," tutupnya.