jatimnow.com - Pesona kain Tenun Ikat Bandar Kidul nampaknya kian hari semakin bersinar. Setelah bulan lalu terlihat dikenakan oleh Presiden Joko Widodo saat membuka Trade Expo Indonesia (TEI) ke-37, kini wastra khas Kota Kediri tersebut dikenakan oleh aktor tampan asal Korea Selatan, Song Kang.
Song Kang terlihat mengenakan busana berbahan Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri itu saat dikenalkan sebagai salah satu brand ambassador produk cemilan sehat berbentuk jelly, Realfood Jelly.
Baju Song Kang merupakan rancangan desainer ternama Tanah Air, Didiet Maulana, yang hampir tiga tahun terakhir turut mendampingi para penenun di Kota Kediri.
Baca juga: Rekomendasi Oleh-oleh Khas Kediri: Ada Tahu Kuning Pribumi yang Gak Kalah Enak
Motif yang dipilih Didiet Maulana untuk busana Song Kang adalah berlian.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengaku cukup bangga dengan banyaknya para pesohor yang menggunakan tenun ikat Bandar Kidul Kota Kediri.
Dengan semakin dikenalnya tenun ikat Kota Kediri akan membawa banyak dampak positif. Yakni dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahreraan para penenun yang ada di kawasan Bandar Kidul.
Baca juga: 5 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Kediri Selain Tahu Kuning, Ada yang Dipakai Jokowi Lho!
“Saya ikut bangga sekali desain Mas Didiet Maulana berbahan tenun ikat Kota Kediri dipakai oleh aktor Korea Song Kang. Terima kasih untuk mas Didiet juga sudah memilih tenun ikat Kota Kediri sebagai bahan desainnya. Semoga tenun ikat Kota Kediri makin banyak dipakai pesohor dunia sehingga penenun Kota Kediri makin sejahtera,” kata Mas Abu, panggilan akrabnya, Selasa (15/11/2022).
Dengan dipakainya kain tenun ikat oleh pemeran utama Love Alarm dan Sweet Home itu, Mas Abu berkelakar untuk yang ingin tampil keren seperti oppa Korea tak ada salahnya memborong kain tenun ikat Kediri.
“Untuk yang ingin tampil keren seperti oppa Korea yakni Song Kang, segera borong tenun ikat Kota Kediri," kelakarnya.
Baca juga: Ikhtiar Tenun Ikat Bandar Kidul Kediri Menolak Punah
Dalam sejarahnya, kain tenun ikat Kota Kediri ini mulai berkembang di tahun 1950an. Seperti halnya tahu kuning, kain tenun ikat dibawa oleh warga keturunan Tionghoa.
Dalam perkembangannya, kain tenun ikat mengalami pasang surut hingga akhirnya jatuh pada tahun 1985, seiring munculnya kain pabrikan dengan harga yang lebih murah.
Namun kini, wastra tersebut kembali diminati. Para perajin tenun ikat di sentranya di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri yang umumnya sudah generasi ketiga tak pernah sepi permintaan. Dengan menghasilkan kain tenun mulai dari sarung gombyor, kain misris, semi sutra, hingga sutra dengan berbagai motif yang unik dan terus baru.