jatimnow.com - Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Batch 2 Universitas Hayam Wuruk Perbanas ditutup dengan festival budaya. 14 penampilan yang dipersembahkan oleh 41 mahasiswa pertukaran pelajar yang berasal 21 kampus dari seluruh Nusantara.
Penutupan PMM 2 ini digelar di kampus I UHW Perbanas, di Jalan Wonorejo Utara, Surabaya, Sabtu (21/1/2023).
Mereka menyuguhkan kreativitasnya, mulai dari tari khas daerah hingga adu ketangkasan untuk persembahan terakhir sebelum mereka kembali kampus dan daerah asalnya.
Baca juga: Tessa Cerdas, Solusi Bagi Pembuang Sampah Sembarangan
Rektor UHW Perbanas, Dr. Yudi Sutarso, M.Si., mengatakan salah tujuan utama kegiatan pertukaran ini adalah meningkatkan kesadaran kebhinekaan. Pasalnya, mereka berasal dari berbagai daerah berbeda dan disatukan melalu program Merdeka Belajar sehingga tetap bersatu.
”Di sini banyak mahasiswa menggunakan baju daerah dari asal mereka. Jadi meskipun kita berbeda-beda, tetapi tujuan kita sama," ujar Yudi.
Baca juga: Wow! Mahasiswa UHW Perbanas Surabaya Ciptakan Lampu Anti Insomnia
Yudi menambahkan, mahasiswa Inbound dalam program PMM Batch 2 di UHW Perbanas ada 49 anak. Mereka berkuliah di Program Studi Sarjana Akuntansi, Sarjana Manajemen, dan Sarjana Ekonomi Syariah selama satu semester gasal Tahun Akademik 2022/2023.
"Selain belajar di sisi akademik, mereka juga mengenal budaya di Kota Surabaya dan Jawa Timur melalui kegiatan Modul Nusantara. Bahkan, mereka melakukan aksi peduli sosial kepada para korban erupsi Gunung Semeru," tambahnya.
Sementara itu Mahasiswa asal Universitas Victory, Sorong, Nouren J Pinontoan mengaku banyak hal baru yang didapat selama di UHW Perbanas dan Kota Surabaya.
Baca juga: Tingkatkan Kapabilitas Kampung Kue Rungkut, UHW Perbanas Gelar Pelatihan
”Orang-orangnya ramah semua, kami pun juga disambut dengan baik. Kami juga enjoy menempuh kuliah satu semester ini,” kesan Nouren.
Saat tampil, Nouren bersama kelima temannya menyanyikan lagu Papua dalam Cinta. ”Nyanyian itu tentang keindahan Papua yang diperlihatkan orang-orang asli Papua. Lalu Tarian Kebangsaan, kami membawanya atas nama Papua sebagai bentuk apresiasi tempat tinggal kami di Papua Barat,” pungkas Nouren.