jatimnow.com - Kabupaten Sumenep pada 2023 menerapkan event pariwisata berbasis pentahelix. Hal itu pun menjadi terobosan baru bagi Sumenep untuk mempercepat pertumbuhan pariwisata agar lebih dikenal di kancah nasional maupun mancanegara.
Kebijakan ini pun mendapat apresiasi tinggi dari berbagai pihak, salah satunya akademisi yang sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo, Madura, Surokim Abdussalam.
"Itu terobosan bagus dan patut diapresiasi. Berarti Pemda Sumenep sudah selangkah lebih maju, sudah bisa move on dan punya visi maju dalam mewirausahakan birokrasi Pemda," ucap Surokim, Selasa (24/1/2023).
Baca juga: Cabup Fauzi Ajak 500 Emak-emak di Sumenep Senam Bareng
Diketahui, kebijakan mengelola pariwisata berbasis pentahelix merupakan upaya melibatkan stakeholder terkait dalam penyelenggaraan, pengelolaan, hingga pengembangan wisata. Tujuan dari metode adalah upaya percepatan ekonomi dari sektor wisata.
Surokim menambahkan, cara Bupati Sumenep Ahmad Fauzi kali ini merupakan bagian dari reformasi birokrasi yang tidak hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk pembangunan Sumenep.
Baca juga: Istri di Sumenep Dibacok Suami hingga Tewas, Ini Kronologisnya
Bahkan, Surokim menyarankan agar kabupaten/kota lain di Jatim berkenan menerapkan hal serupa. Terutama para kepala daerah di kawasan Madura Raya.
"Sekaligus ini bisa menjadi turning point upaya transformasi reformasi sektor publik yg adaptif dan responsif dengan membangun kolaborasi penthalix. Sungguh ini langkah maju dan menurut saya keren. Jika upaya ini bs berlangsung dengan baik dan progresnya bagus saya pikir bisa menjadi contoh dan model dalam pengelolaan event budaya di Madura dan Jatim," beber peneliti senior SSC itu.
Meski tidak gampang, lanjut Surokim, upaya mengakomodir stakeholder terkait yang dilakukan, perlu mendapat dukungan dari Forkopimda di Kabupaten Sumenep.
Baca juga: Pj Wali Kota Mojokerto Ajak Wisatawan Jalan-jalan bareng WIKA
"Kolaborasi penthahelix ini memang tidak gampang tetapi itu sungguh futuristik juga progresif dengan menjadikan pemda sebagai enabler faktor penggugah dan kemudian dikembangkan bersama-sama dunia usaha, akademisi, komunitas media dan masyarakat bersinergi menyatukan langkah bersama untuk menggerakkan perekonomian daerah bersama. Yang paling berat usaha seperti ini adalah transformasi spirit enterpreneurial di dalam sektor birokrasi karena menyangkut perubahan kultur yang sudah mendarah daging dan berlangsung lama di zona nyaman," jelas Surokim.