jatimnow.com - Kegagalan bukan berarti pintu sukses tertutup. Nyatanya, sosok asal Banyuwangi sanggup mengubah haluan usahanya. Pria yang sehari-hari disapa Lucky itu mengubah kafe menjadi perkebunan melon hidroponik. Luar biasa usahanya. Duitnya rutin mengalir ke rekeningnya.
Pemilik nama lengkap Lucky Ananda (31), warga Dusun Talunrejo, Desa Sembulung, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, mengubah bangunan kafe jadi greenhouse tanaman melon hidroponik.
Semula, tak terbersit di pikirannya, menjadi petani. Terlebih menjadi petani milenial seperti yang ditekuni saat ini tidak ada dalam impiannya.
Baca juga: Mas Dhito Beri Hadiah Petani Milenial Kediri di Acara Sedekah Bumi
"Gak ada background, apalagi kuliah di pertanian. Pertama buat (bangunan) untuk kafe. Itu (kafe) gagal, akhirnya mengubah menjadi petani milenial seperti sekarang ini," ujarnya kepada jatimnow, Senin (20/3/2023).
Diceritakan Lucky, awal mula kegagalannya menggeluti usaha kafe sejak tahun lalu. Ketika itu, Lucky membuat bangunan kafe dengan atap transparan.
Tujuannya, lanjut Lucky, memberikan sensasi berbeda saat ngopi. Sensasi yang ditwarkan justru jadi bumerang.
"Saat opening, ternyata atap transparan malah menimbulkan panas yang menyengat. Akibatnya kafe menjadi sepi," ungkapnya.
Frustrasi kafenya tidak dilirik pelanggan. Lucky sempat membiarkan mangkrak usaha barunya itu. Hingga akhirnya muncul ide mengubah kafe yang terbengkalai menjadi greenhouse.
Lucky mengatakan, ide membuat greenhouse muncul ketika melihat di platform YouTube yang mendemonstrasikan melon hidroponik. Ditambah dorongan expert, ia kemudian memberanikan diri menjadi petani melon.
"Tertarik dengan kemudahan yang ditawarkan. Bangunan kafe yang saya buat lumayan luas. Yakni, 300 meter persegi. Panjang 30 meter, lebar 10 meter," katanya.
Kendati dimuluskan dengan luasan area, Lucky menyebut masih harus menambah sarana penunjang tanaman. Khususnya, jalur asupan minuman untuk tanaman melon. Ia juga menambahkan tandon air yang sudah diberi timer.
Baca juga: Tarik Minat Milenial, Mas Dhito Beri Bantuan 5 Drone Pertanian
"Sekarang tidak memakai tangki semprot, tapi pakai tandon air yang sudah diberi timer. Otomatis air mengalir sendiri bareng nutrisi setiap 1 jam sekali," jelasnya.
Lucky tidak bersedia menjelaskan detail investasi yang digelontorkan. Namun ia mengaku telah merogoh kocek sebesar Rp500 ribu untuk mendapat 1.000 benih.
Sementara itu, kapasitas greenhouse yang dimiliki sanggup memuat 864 tanaman. Sisa benih ditanam ulang ketika menemukan tanaman tak tumbuh dengan baik.
"Muat 864 tanaman. Satu polibag saya isi dua tanaman. Jarak antar tanaman dibuat berdekatan, berbeda sistem tanam konvensional. Sisa benih buat jaga-jaga," ucapnya.
Butuh waktu 2 hingga 3 bulan untuk memanen melon hidroponik miliknya. Sekali panen, Lucky mengaku bisa memanen hingga 800 kg melon jenis intanon.
Baca juga: Geliat Petani Millenial di Lamongan
"Sekali panen pernah dapat 800 kg. Harga jual ke pembeli berkisar di harga Rp27.000 per kilogram. Tinggal kalikan saja dapatnya, itu masih dipotong setengah sebagai modal," bebernya.
Sejauh ini Lucky sanggup mendapat cuan sebesar Rp10 juta dalam sekali panen. Hitungannya harga melon per kilo mencapai Rp27 ribu, sementara total panen bisa menghasilkan 800 kilogram. Apabila dipotong modal yang mencapai setengah, cuan yang diperoleh Rp10 juta.
Kendala jadi petani hidroponik tentunya kerap ditemui. Namun, dengan dibimbing para senior dan menggali ilmu dari internet, Lucky mengaku semua hambatan itu bisa teratasi.
Pun halnya mengenai pasar penjualan melon hidroponik miliknya. Ia mengaku hingga kini banyak yang mengantre dan siap menampung hasil panen dari greenhouse miliknya.
"Diambil sama toko buah, swalayan, minimarket. Ada juga dari rumahan. Lewat daring semua pemesanannya mas dan kini sebagian sudah jadi pelanggan tetap," tutupnya.