jatimnow.com - Satu Suro dimaknai sebagai hari raya bagi penganut kepercayaan Sapta Darma. Demikian pula bagi penganut Sapta Darma di Sidoarjo.
Hadi Sanadi (70), pemuka kepercayaan Sapta Darma Kabupaten Sidoarjo menjelaskan, peringatan Hari Raya Suro akan digelar sesuai jadwal di berbagai sanggar Sapta Darma di Sidoarjo.
"Peringatan Hari Raya Suro ini diadakan sesuai jadwal di 12 sanggar yang ada di Sidoarjo. Mulai tanggal 20 Juli di Sanggar Kali Apuh, 25 Juli di Kali Kecabean, 2 Agustus Baleworo Krembung, 6 Agustus Ngaban Tanggulangin dan yang terakhir sebagai penutupan di sanggar pusat yang tertua di Sidoarjo, yaitu Sanggar Candi Busono Balongdowo yang berdiri sudah sejak tahun 1957," ungkapnya, Selasa (18/7/2023).
Rangkaian perayaan Hari Raya Suro ini bagi penganut Sapta Darma dilakukan dengan syukuran berupa tumpengan, wayangan, memperbanyak sujud secara bersama di sanggar, serta pembacaan sambutan dari Tuntunan Agung dari Yogyakarta yang disampaikan kepada para warga Sapta Darma.
Hadi menjelaskan secara singkat mengenai Sapta Darma sebagai sebuah wahyu dari Tuhan yang diterima oleh Bapa Panuntun Agung Sri Gutama Hardjosapura pada dini hari, Jumat 27 Desember 1952 di Pare-Kediri.
Inti sari dari ajaran Sapta Darma, menurut penjelasan Hadi adalah pada sujud, wewarah tujuh, dan sesanti/semboyan.
"Warga Sapta Darma harus menjalankan kewajiban antara lain sujud sehari sekali, baik secara individu di tempat masing-masing maupun secara bersama di sanggar. Sujud dilakukan dengan sikap duduk menghadap ke timur sambil mata terpejam beralaskan kain mori berukuran satu meter persegi yang direntangkan dengan posisi ketupat, tangan bersedekap membentuk simpul pada dada, lengan kanan menutupi lengan kiri. Sedangkan kedua kaki bersila dengan kaki kanan berada di atas," jelasnya.
Baca juga: Wakil Bupati Trenggalek Hadiri Upacara Ngetung Batih di Tanggal 1 Suro
Kewajiban selanjutnya yang harus dilakukan oleh warga Sapta Darma adalah menjalankan wewarah 7, yaitu setia dan tawakal kepada Pancasila Allah, yaitu bahwa Tuhan mempunyai lima sifat luhur yang mutlak. Bersedia menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara, turut serta membela nusa dan bangsa, menolong siapa saja tanpa pamrih.
Selain itu, berani hidup berdasarkan kekuatan dan kepercayaan diri sendiri, bersikap susila dan berbudi pekerti dalam lingkungan keluarga dan masyarakat serta meyakini bahwa dunia tidak abadi dan selalu berubah.
Hadi melanjutkan penjelasan, bahwa selain sujud dan wewarah 7, ada pula sesanti atau semboyan yang harus dipegang teguh setiap warga Sapta Darma, yaitu "Ing ngendi bae, marang sapa bae, warga Sapta Darma kudu suminar pindha baskara".
Semboyan itu bermakna, dimana saja dan kepada siapa saja warga Sapta Darma harus berlaku baik dan senantiasa jadi penerang bagi sesama layaknya surya atas dasar pada kebaikan berjiwa besar dengan keluhuran budi untuk menjadi manfaat bagi sekitar.
Hadi berharap di Hari Raya Suro ini, para warga Sapta Darma mempunyai hati yang bersih, tidak mengulang segala kesalahan.
"Sabar dalam menghadapi kehidupan dengan selalu taat pada kewajiban sebagai warga Sapta Darma," pungkasnya.