jatimnow.com - PLN Nusantara Power melalui anak perusahaannya PT Rekadaya Elektrika (RE) kembali mendapat kepercayaan mengerjakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Sekupang di Batam, Kepulauan Riau berkapasitas 50 MW.
Selain untuk menopang sistem kelistrikan di Pulau Batam, proyek PLTMG ini juga sebagai perwujudan RE mendukung program transisi energi dengan membangun pembangkit yang ramah lingkungan.
Penandatanganan kontrak pengadaan dan pembangunan proyek PLTMG Sekupang telah dilakukan antara Direktur Utama PT Rekadaya Elektrika Jonner MP Pardosi dengan Direktur Utama PT PLN Batam Muhammad Irwansyah Putra di Ground Ballroom Hotel Radisson, Batam.
Baca juga: SIG dan PLN Perkuat Sinergi untuk Akselerasi Transisi Energi Menuju Industri Hijau
Acara penandatangan ini disaksikan secara langsung Direktur Legal & Human Capital PT PLN (Persero) Yusuf Didi Setiarto, Direktur Pengembangan Usaha dan Niaga PT PLN Nusantara Power (Induk Perusahaan RE) serta jajaran manajemen PT PLN Batam.
Turut hadir menyaksikan dari pihak RE antara lain Komisaris Utama RE Alfath Cordea Imalutha, Direktur Bisnis I RE Indrayoga Suharto serta Direktur Pemasaran & Pengembangan Usaha RE Vernon S. Tampubolon.
Jonner mengatakan, penandatanganan kontrak pembangunan PLTMG yang berlokasi di Jalan Kawasan Industri, Harapan River, Sekupang, Batam ini sebagai wujud implementasi dari peran aktif RE dalam mendukung transisi energi dengan membangun pembangkit bersumber gas alam yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Menurut Jonner, RE sebagai satu-satunya perusahaan EPC di PLN Grup siap untuk menyelesaikan amanah yang diberikan dan berkomitmen untuk menyelesaikan proyek tepat waktu.
“Proyek ini akan menambah daftar panjang portofolio bisnis RE di lingkup pembangunan pembangkit hijau di Nusantara,” kata Jonner, Kamis (7/9/2023).
Baca juga: Popsivo Polwan Juara Putaran Pertama PLN Mobile Proliga 2024
Menutup 2022 lalu, RE juga telah berhasil menyelesaikan pembangunan unit 1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Batanghari berlokasi di Halmahera Timur. PLTG dengan kapasitas 30 MW ini merupakan project relokasi pembangkit kedua yang berhasil dikerjakan RE di tahun 2022.
Proyek relokasi PLTG Halmahera Timur ini merupakan wujud sinergi PLN Grup (bersama dengan PLN NP, Rekadaya Elektrika dan PJBS) sebagai bentuk dukungan atas Industri Nikel Nasional melalui penyediaan pasokan energi listrik bagi kegiatan operasional smelter feronikel milik PT Aneka Tambang yang terletak di kepulauan Maluku ini.
Upaya memacu penambahan pembangkit listrik di Batam sendiri, lantaran pertumbuhan konsumsinya terus melonjakan signifikan. Tercatat sepanjang tahun 2022, kata Irwansyah, konsumsi listrik meningkat sebesar 14,71 persen dibandingkan tahun 2021, dimana dari 2,56 juta Megawatt hour (MWh) pada tahun 2021 naik menjadi 2.94 juta MWh pada tahun 2022.
“Angka kenaikan konsumsi ini juga tercatat berada di atas pertumbuhan konsumsi listrik nasional di angka 6,17 persen,” kata Irwansyah.
Baca juga: PLN NP Raih Penghargaan Kementerian Kelautan dan Perikanan Gegara Bisnis Ini
Irwansyah menjelaskan, saat ini daya mampu kelistrikan di Batam mencapai 569 megawatt (MW) dengan beban puncak sebesar 538 MW. PLN memproyeksikan Batam akan mengalami surprised demand pada tahun 2026 sebesar 508 MVA dan terus meningkat kebutuhan hingga 1.008 MVA pada tahun 2030.
“Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik, PLN merencanakan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 860 MW hingga 2030. Sehingga kami yakin siap memenuhi kebutuhan listrik di Batam,” katanya.
Berdasarkan RUPTL 2023-2032, PT PLN Batam memproyeksikan kebutuhan tenaga listrik 10 tahun ke depan akan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 6% per tahun. Peningkatan kebutuhan tersebut akan dipasok dengan tambahan daya sejumlah 860 MW yang terdiri dari PLTS 126 MW, PLTG 50 MW, PLTGU 159 MW dan PLTMG 125 MW serta dan kerja sama antarwilayah usaha dengan PT PLN (Persero) 400 MW.
Ini merupakan pertama kalinya PT PLN Batam memiliki RUPTL dengan lompatan target bauran EBT yang signifikan yaitu mencapai 24% pada tahun 2026 dan terus meningkat secara bertahap hingga mencapai 35% pada tahun 2032. Peningkatan bauran EBT tersebut akan dicapai dengan pengembangan PLTS di Pulau Batam dan penyaluran tenaga listrik berbasiskan EBT dari grid Sumatera melalui interkoneksi Sumatera-Batam nantinya.