jatimnow.com - Saat malam di Kota Pahlawan memasuki separuh waktunya, deretan pembeli mulai bergerak menuju Pasar Mangga Dua Jalan Jagir Wonokromo, Surabaya. Perlahan mereka mulai berbondong memasuki area pasar.
Berbelanja di Pasar Mangga Dua memang asyik karena terbilang lengkap dari semua komoditasnya. Mulai dari sayuran, buah, daging, hingga umbi-umbian seperti kentang, ubi, dan lainnya.
Namun di balik itu semua, para pembeli dan pedagang di sana ternyata menyimpan kegalauan. Pedagang sambat pembeli semakin sepi. Mereka menduga karena semakin tak nyaman dengan Pasar Mangga Dua.
Baca juga: Presiden Jokowi Blusukan Lagi di Pasar Tradisional Surabaya, Ngapain?
Salah satunya Farida, pedagang buah di Pasar Mangga Dua. Omzet yang berangsur turun menyebabkan dia harus memutar otak menjajakan dagangannya.
Omzetnya terjun payung, perlahan membuat dirinya mulai ragu dengan pengelolaan manajemen Pasar Mangga Dua. Biaya lapak yang mahal, belum lagi tambahan biaya ini dan itu membuatnya tak memiliki alasan lagi untuk bertahan.
"Sepi sekarang, nggak tau ya kenapa, sepi semua. Biasanya jualan dapat Rp5 juta, sekarang cuma dapat Rp1 juta. Sejuta saja kadang gak oleh (tidak dapat) sekarang," ucap Farida.
Sepinya pembeli membuatnya seringkali membuang dagangannya. Lapak Farida memang nampak minimalis. Panjangnya tak sampai 2 meter dengan fasilitas 1 biji lampu LED warna putih.
"Rp700 ribu ya dapat lapak sama lampu 1. Kalau nambah lampu ya nambah lagi. Kalau nambah lampu Rp4 ribu, belum pagi sampah juga Rp4 ribu, kalau 1 bulan ya nyampek Rp800 ribu," jelas Farida.
Farida mengaku, sebelum pandemi Covid-19, dari 1 buah saja seperti pisang, ia mampu menjual hampir 30 tundun dalam satu malam. Sekarang 10 tundun saja berat buatnya, belum lagi dobel parkir yang membuat pembeli malas masuk ke area pasar
"Banyak pembeli yang komen masuknya sudah pakai karcis kok kedalam pakai karcis lagi. Jadi kalau ada yang mau beli sedikit malas ke sini, mending ke pasar yang kecil-kecil itu," tandasnya.
Baca juga: PD Pasar Surya Janji Tertibkan Kesemrawutan Keputran Surabaya
Keresahan yang sama juga diungkapkan salah satu pembeli di Pasar Mangga Dua, sebut saja Anwar. Ia sudah 3 tahun menjadi langganan tetap di sana.
Anwar adalah salah satu dari penjual sayur keliling di Kota Pahlawan yang setiap hari berbelanja bahan dapur di Pasar Mangga Dua.
Selama menjadi langganan, tak ada perubahan signifikan yang terjadi di pasar tersebut. Malahan setiap hari malah makin kotor dan rusak. Salah satunya jalan lalu-lintas kendaraan.
Menurut dia, Pasar Mangga Dua dari sisi penataan lintasan sangat buruk. Jalur lintasan yang semestinya dilalui satu jalur, menjadi rancu saat kendaraan membobol arah. Akibatnya jalan yang hanya sekitar 2 meter itu seringkali macet di tengah jalan akibat kendaraan masuk.
Sempitnya jalan membuat akses masuk cukup terganggu. Belum lagi saat hujan, Anwar menyebut, Pasar Mangga Dua memiliki banyak 'kubangan bebek'.
Baca juga: DPRD Surabaya Bicarakan Pasar Keputran: Kurang Pas di Tengah Kota
"Jalan ini kalau pedagang yang pakai sepeda motor seperti saya ini kan jendul-jendul (kiasan motor beban berat) dan kalau hujan seperti kubangan bebek, maaf lo ya ini saya terus terang saja," terang Anwar.
Ia sadar betul, dari sisi harga Pasar Mangga Dua memiliki harga yang relatif normal. Sama halnya dengan pasar grosir lainnya di Surabaya.
"Harga wajar, ya normal lah. Selisih cuma seribu-dua ribu dengan Keputran," kata Anwar.
Ia berharap, keresahannya ini bisa didengar oleh pengelola Pasar Mangga Dua, agar setiap aktivitas pedagang dan pembeli di sana lebih nyaman.
"Kalau pembangunan ya harus ya, kalau hujan itu malas belanja," tandasnya.