jatimnow.com - Lokasi Klenteng Pay Lien San berdampingan dengan Masjid Al-Barokah di Desa Glagahwero Kecamatan Panti Jember, menjadi contoh bentuk masyarakat yang memiliki toleransi beragama.
Di desa tersebut, kedua penganut agama yang berbeda saling menghargai antar satu agama dengan lainnya.
Hal ini tampak saat salah satu di antara tempat ibadah itu sedang melaksanakan kegiatan ibadah, bahkan di waktu yang bersamaan, keduanya tetap saling menghargai.
"Kalau kerukunan umat beragama di sini, saya rasa sangat terjamin dan terjalin banget," ucap Wakil Ketua Tempat Ibadat Tri Dharma (TTID) Pay Lien San, Heri Novel Stadiono, Sabtu (25/1/2025) kemarin.
Baca juga: Potret Toleransi Antar Umat Beragama di Banyuwangi saat Ramadan
Bahkan terkadang, dalam waktu hari-hari besar, seperti Tahun Baru Imlek, Hari Raya Idul Fitri dan hari besar lainnya, kedua umat di wilayah tersebut saling membantu, baik dalam proses membersihkan tempat ibadah maupun membantu proses peringatan kegiatan hari besar.
"Tahun ini, lintas agama tidak hadir, mungkin ada kesibukan masing-masing. Tapi disini, ada muslimnya juga yang bantu-bantu bersih-bersih," ujarnya.
"Jadi tidak monoton satu agama saja. Yang penting, umat apapun bisa menjadi toleran, bilamana umat itu diberi ajaran toleransi dari kecil, saya yakin mudah," lanjutnya.
Baca juga: Bukber di Klenteng TITD Hok Swie Bio, Potret Toleransi Antar Umat Beragama Bojonegoro
Begitu pula bagi umat beragama lain yang hendak masuk ke Klenteng, sangat terbuka. Karena Klenteng terbuka bagi siapapun, selama tidak mengganggu pelaksanaan ibadah.
"Jadi kita terbuka kepada semua umat, jadi tidak memilih, orang muslim, Kristen, gak boleh masuk, disilakan bila berkenan masuk. Tidak ada larangan, baik Budha, Konghucu atau lainnya," ungkapnya.
Bahkan di Klenteng Pay Lien San terdapat 3 agama yang berbeda, Konghucu, Buddha Mahayana dan Tao. Jadi berjalan berdampingan dan rukun, tanpa ada cekcok, tanpa saling merendahkan.
Baca juga: Surabaya Kota Toleransi, Menjaga Kemajemukan sejak Zaman Perjuangan
"Apalagi di luar, tambah lebih mudah, karena tidak bersinggungan langsung. Kalau di dalam Klenteng, bersinggungan langsung," ungkapnya.
"Kita tidak pernah merasa beda, kalau tempat ibadah semua untuk ibadah, tidak ada yang diistimewakan dan untuk umum," imbuhnya.