jatimnow.com - Pasangan lanjut usia (lansia) Marmin dan Nyanirah yang tinggal di gubuk reyot bantaran Kali Madiun sangat memprihatinkan. Pemkot Madiun pun sudah berupaya membujuk pasangan tersebut untuk pindah.
Untuk kali kedua petugas gabungan mendatang mereka. Namun petugas gabungan dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos PPPA), petugas Kelurahan Nambangan Kidul, dan ketua RT setempat pun kembali gigit jari.
"Pemerintah sebenarnya trenyuh, sudah ikut bepartisipasi mau dibawa ke tempat yang lebih layak, ke pondok lansia biar terawat keadaannya. Tetapi pihak laki-laki agak konyol, keras kepala gitu," ucap Supriyanto, ketua RT setempat, dilansir lama resmi Pemkot Madiun, Kamis (13/3/2025).
Baca juga: Keliling Kota Naik VW Nikmati Destinasi Wisata Madiun
2 kali pemindahan gagal
Petugas gabungan memang kembali ke lokasi gubuk pasangan lansia di Jalan Paus Kelurahan Nambangan Kidul tersebut. Gubug tersebut masuk di wilayah 13 RW 3.
Supriyanto menyebut petugas sudah sering membujuk keduanya. Namun, Marmin selalu menolak. Sementara Nyanirah sejatinya bersedia pindah. Bahkan, keduanya sempat beradu mulut karena perbedaan tersebut saat didatangi petugas.
"Kalau yang perempuan sebenarnya mau. Tapi kalau yang laki tidak pindah, yang perempuan juga tidak mau pindah," jelasnya.
Bahkan, Nyanirah sempat menangis karena Marmin tetap kekeh dan malah marah-marah. Padahal, kondisi gubuk yang ditinggali keduanya sudah sangat memprihatinkan dan membahayakan. Sebab, sudah miring dan bisa roboh sewaktu-waktu.
"Jadi keduanya itu bukan warga saya sebenarnya. Tetapi karena tinggal di sini, akhirnya kami buatkan KTP sini. Yang perempuan itu saya juga yang menguruskan. Biar kalau ada bantuan bisa diusulkan atau biar bisa ke Rusunawa atau ke pondok lansia. Tetapi ya begitu orangnya," jelasnya.
Tak punya anak
Supriyanto menyebut keduanya sudah sekitar 8 tahun tinggal di gubuk di tepian kali tersebut. Namun, sempat bergeser lokasi dari titik yang sekarang.
Baca juga: Jadwal Kereta Api di Madiun Berubah Mulai 1 Februari 2025, Catat Lur...
Supriyanto mengaku keduanya memang sudah lama menjalani hidup seperti itu. Terus berpindah-pindah dengan tinggal di bangunan non-permanen.
"Kalau saya tanya katanya sama-sama tidak punya anak. Tetapi yang perempuan, keluarganya pernah menemui saya, istilahnya ya menitipkan gitu. Karena diajak pulang ke Ponorogo juga tidak mau. Inginnya ya tinggal sama suami sirinya itu," ungkapnya.
Tinggal bersama kambing
Untuk keseharian, Marmin mencari bambu lantas menjualnya. Namun, belakangan aktifitas tersebut sudah agak menurun karena faktor usia. Sementara, Nyanirah beternak kambing.
Gubuk yang ditinggali tersebut sekaligus untuk kandang kambing-kambing mereka.
Supriyanto menyebut upaya membujuk keduanya sejak setahun terakhir. Namun, selalu gagal.
Baca juga: 36.138 Penumpang KA di Wilayah Daop 7 Madiun pada Arus Balik Tahun Baru 2025
"Sebenarnya kita juga kasihan. Juga sudah kita upayakan. Kalau saya, ya bagaimana baiknya," ujarnya.
Berubah pikiran
Sementara itu, Sub Koordinator Rehabilitasi Sosial (Resos) Dasar Disabilitas Anak dan Lansia Terlantar serta Gepeng, Dedy Hermawan menyebut pihaknya akan melaporkan hasil tersebut kepada pimpinan.
Dedy tak membantah keduanya sempat sepakat untuk melihat lokasi pondok lansia. Karenanya, pihaknya kembali datang. Namun, ternyata yang laki-laki berubah pikiran dan ngotot tak mau meninggalkan lokasi.
"Jadi kemarin kita sudah ke sini saat bersama Baznas. Kita bujuk dan mereka mau. Bukan pindah, tapi mau melihat dulu seperti apa pondok lansia. Makanya hari ini kita jemput, tetapi sepertinya berubah pikiran lagi," ungkapnya.