Bullying di Jatim Tinggi, PSMTI Bergerak!

Jumat, 15 Agu 2025 14:24 WIB
Reporter :
Ali Masduki
PSMTI Kota Surabaya menggelar seminar yang bertajuk "Membangun Generasi Tangguh: Menghadapi Bullying dan Tantangan Sosial di Era Digital" ini digelar di SMA Negeri 20 Surabaya, Jumat (15/8/2025). Foto/JatimNow.com

jatimnow.com - Menyikapi tingginya kasus bullying di Jawa Timur yang menempati posisi kedua tertinggi di Indonesia, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Surabaya menggandeng SMAN 20 Surabaya, Komnas Perlindungan Anak Jawa Timur, dan Biro Psikolog Soulusi menggelar seminar anti-bullying.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun karakter dan kesadaran generasi muda agar terhindar dari perilaku perundungan, baik sebagai korban maupun pelaku.

Seminar yang bertajuk "Membangun Generasi Tangguh: Menghadapi Bullying dan Tantangan Sosial di Era Digital" ini digelar di SMA Negeri 20 Surabaya, Jumat (15/8/2025).

Baca juga: Polres Blitar Kota Gelorakan Anti Bullying, Cegah Kekerasan di Kalangan Pelajar

Sekretaris PSMTI Surabaya, Mahendra Suhartono, menjelaskan bahwa program ini sejalan dengan visi misi PSMTI Surabaya untuk mendorong anak muda berkembang secara positif.

"Permasalahan anak muda saat ini, terutama di lingkungan sekolah, salah satunya adalah bullying. Apalagi di media sosial, banyak kasus yang bahkan berujung tragis hingga korban bunuh diri. Ini yang sangat kami sayangkan," ujar Mahendra.

Mahendra juga menegaskan pentingnya memberikan pemahaman yang jelas tentang batasan antara bercanda dan bullying.

"Kalau bercanda itu tidak ada yang tersakiti, Tapi kalau sudah memukul, menampar, atau menjambak hingga menyakiti, itu sudah masuk kategori bullying," tegasnya.

Komnas PA Jawa Timur mencatat bahwa bullying kini tidak hanya terjadi di sekolah, melainkan juga di lingkungan pergaulan bahkan dalam lingkup keluarga.

Baca juga: Polres Blitar Periksa Sejumlah Saksi Dalam Kasus Perundungan di SMP Negeri

Ketua Komnas PA Jawa Timur, Febri Roni Pikulun, menyebut bahwa bentuk perundungan yang paling banyak terjadi saat ini adalah bullying nonverbal yang dilakukan secara daring.

\

"Media sosial seperti WhatsApp dan Instagram menjadi saluran utama. Tidak seperti tahun 80-an atau 90-an yang cenderung fisik, sekarang mayoritas kasus dilakukan secara online," jelas Febri.

Wakil Urusan Kesiswaan SMAN 20 Kota Surabaya, Heri Susanto, menyambut baik kegiatan ini sebagai kesempatan berharga untuk memperluas wawasan siswa.

"Kami ingin anak-anak tahu cara menghadapi bullying dan tidak melakukan hal yang sama seperti pelaku," ujarnya.

Baca juga: Aksi Perundungan yang Melibatkan Siswa di Blitar Sudah 3 Kali Terjadi

Psikolog Soulusi, Elgi Selis Setiana, M.Psi., menekankan bahwa bullying bukan sekadar masalah anak-anak, melainkan pelanggaran hak asasi yang meninggalkan luka jangka panjang.

"Lingkungan sekolah, rumah, dan dunia digital harus menjadi ruang aman, bukan ladang kekerasan," tegasnya.

Dosen FH Unesa, Rendy Airlangga, S.H., M.H., menjelaskan bahwa tindakan bullying erat kaitannya dengan kepentingan hukum setiap individu.

"Oleh kerenanya perlu untuk memberhentikan perilaku bullying dan melindungi korban bullying," tegasnya.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler