jatimnow.com - Di tengah kompleksitas informasi digital, Rumah Literasi Digital (RLD) Surabaya menggelar "Jagongan Bareng" di Balai RLD, Jalan Kacapiring No. 6. Acara ini menghadirkan Pakar Komunikasi Jatim Dr. Dra. Zulaika, M.Si. dan Dekan Fikom Unitomo Dr. Drs. Harliantara, M.Si. sebagai narasumber utama.
Diskusi yang dipandu oleh moderator Januar Adi Sagita, dari Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN) tersebut berfokus pada penguatan peran jurnalis dalam penyuluhan literasi digital, terutama dalam menghadapi tantangan media sosial.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyelaraskan peran praktisi media dengan dinamika zaman, khususnya dalam merespons derasnya arus informasi digital.
Baca juga: Kapolri Listyo Sigit Prabowo Resmikan SPPG Polresta Sidoarjo
Dalam kesempatan ini, para narasumber menegaskan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan teknologi yang pesat, membedakan antara jurnalisme profesional dan konten media sosial, serta meningkatkan kredibilitas jurnalis di era digital.
Dr. Zulaika menuturkan perlunya transformasi peran jurnalis. "Ini keren ya, karena penggagasnya adalah wartawan. Wartawan yang nantinya akan turun langsung ke masyarakat untuk menjelaskan literasi digital," tuturnya.
Ia menambahkan bahwa jurnalis harus menjadi komunikator yang membangun dialog dan mampu menjelaskan isu-isu digital secara interaktif.
"Kalau masyarakat nggak paham, bisa langsung bertanya. Ini menjadikan komunikasi dua arah, bukan hanya menyampaikan informasi satu arah seperti selama ini," jelasnya.
Zulaika juga menyoroti perubahan cepat di dunia digital yang menuntut jurnalis untuk terus belajar dan beradaptasi. Ia menekankan pentingnya menyampaikan informasi penting secara ringkas, akurat, dan utuh, bahkan dalam satu paragraf.
"Wartawan dituntut bisa menyampaikan informasi penting dengan ringkas, tetapi tetap akurat dan utuh, meski hanya dalam satu paragraf," tegasnya.
Ia juga mengingatkan agar jurnalis menjaga kredibilitas dengan bekerja untuk lembaga, bukan kepentingan pribadi, demi menjaga informasi yang valid.
Sementara Harliantara menyoroti pentingnya menyasar Generasi Z dalam program literasi digital. "Generasi Z secara alami adalah generasi digital. Mereka punya potensi besar, tetapi juga menghadapi tantangan serius, seperti mudah terpapar hoaks," terangnya.
Baca juga: Rumah Literasi Digital Hadir di Surabaya, Siap Jadi Teman Baik Pegiat Ekonomi Digital
Ia menjelaskan bahwa kemampuan membedakan informasi yang benar dan salah bergantung pada pengetahuan, niat untuk memverifikasi, dan daya pikir kritis.
"Literasi digital bukan hanya kemampuan teknis, tapi juga mencakup aspek analisis, pemahaman, dan kesadaran etis dalam mengelola informasi," tambahnya.
Harliantara juga menegaskan bahwa penyebaran informasi positif yang masif bisa menjadi penyeimbang yang efektif melawan hoaks.
"Hoaks itu tidak bisa dihapuskan. Tapi masyarakat harus dibekali informasi positif sebagai pembanding yang kredibel," katanya.
Ia menggariswabawi pentingnya keberlanjutan program literasi digital dan peran pemerintah dalam mencerdaskan masyarakat, terutama Generasi Z sebagai penghuni utama ruang digital masa depan.
Koordinator Rumah Literasi Digital (LDR), Fathur, atau yang akrab disapa Parto, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini.
"Terima kasih sudah mau menyempatkan diri ngobrol bersama teman-teman," ucapnya.
Fathur mengungkapkan bahwa literasi digital adalah keterampilan dasar yang wajib dimiliki setiap individu.
"Masyarakat saat ini hidup di era banjir informasi. Informasi datang silih berganti setiap detik, tapi di saat yang sama, misinformasi dan hoaks juga mudah menyebar," jelasnya.
Fathur berharap Rumah Literasi Digital Surabaya dapat menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat luas dalam mengasah keterampilan digital yang aman, kritis, dan kreatif.
"Rumah Literasi Digital Surabaya dapat berfungsi sebagai pusat edukasi masyarakat untuk mengasah keterampilan digital yang aman, kritis, dan kreatif," pungkasnya.