jatimnow.com - Isu autisme semakin mendapatkan perhatian di masyarakat, seiring dengan meningkatnya kasus yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pentingnya penanganan yang tepat dan peran aktif orang tua menjadi bahasan utama dalam Jagongan Bareng bertajuk "Autisme dan Kita" yang digelar di Rumah Literasi Digital (RLD), Surabaya, Senin (29/9/2025).
Acara yang dihadiri oleh puluhan jurnalis ini menghadirkan Owner Agca Autism Center, Chusnur Ismiati Hendro, dan Mohammad Cahyadi, Founder dan CEO Malang Autism Center (MAC).
Chusnur Ismiati Hendro menuturkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap autisme semakin meningkat, sehingga lebih banyak kasus yang terdeteksi. Ia juga menyoroti potensi gadget sebagai alat bantu deteksi dini autis.
Baca juga: Jangan Lewatkan Malang Autism Colors 2025, Simak Keseruannya Disini!
"Kita bisa membuat aplikasi untuk mengidentifikasi potensi autisme pada anak sebelum mereka berkonsultasi dengan psikolog atau dokter," jelasnya.
Selain itu, gadget juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif, terutama untuk anak-anak autis yang mengalami gangguan dalam pemrosesan informasi.
Anak-anak autis cenderung lebih mudah belajar melalui pengulangan dan imitasi. Ismiati Hendro memberikan contoh sederhana, "Jika anak menelan uang koin, orang tua bisa mencontohkan cara mengeluarkannya," kata dia,
Meski demikian, ia mengingatkan agar penggunaan gadget tetap dibatasi, idealnya tidak lebih dari 3 jam sehari, untuk menjaga kesehatan mata dan menghindari dampak negatif gelombang elektromagnetik.
Baca juga: RLD Gelar Pelatihan, UMKM Surabaya Siap Unjuk Gigi di Dunia Maya
Dalam diskusi tersebut, peran orang tua menjadi fokus utama. Ismiati Hendro berpesan agar orang tua tidak lelah dan tidak menyerah dalam mendampingi anak-anak mereka.
"Anak autis adalah produk terbaik dari Tuhan. Mereka diciptakan dengan sempurna, dan jika ada kekurangan, itu adalah kewajiban kita untuk melengkapinya," tuturnya dengan penuh semangat.
Ia juga menekankan pentingnya stimulasi yang tepat bagi anak-anak autis. "Jangan pelit untuk memberikan stimulasi kepada anak-anak agar mereka bisa bermain," ujarnya.
Alat-alat permainan sederhana seperti puzzle, alat untuk membedakan warna, menggambar, dan menganyam dapat menjadi alat terapi yang efektif.
Baca juga: Stigma Autisme Sebagai Penyakit Harus Ditinggalkan, Intervensi Dini Lebih Utama
Menanggapi semakin banyaknya sekolah inklusi yang menggantikan sekolah khusus autis, Ismiati Hendro mengingatkan untuk tidak menghakimi sekolah jika layanan yang diberikan tidak sesuai harapan. Ia menegaskan bahwa layanan yang dibutuhkan anak autis dapat dipelajari dan ditingkatkan.
Ismiati Hendro juga menyoroti tantangan lingkungan seperti efek rumah kaca, polusi plastik, dan penggunaan pestisida berlebihan yang dapat memengaruhi kesehatan anak-anak autis. Ia mendorong solusi seperti memperbanyak tanaman hijau dan mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya.
Di akhir diskusi, Ismiati Hendro menyampaikan harapannya agar Indonesia memiliki kementerian khusus yang menangani perubahan iklim, serta mendorong kesiapan dunia kerja untuk menerima anak-anak autis.
"Mau tidak mau, kita harus menuju ke arah sana," tegasnya.