Surabaya Marathon 2019
RSU dr Soetomo Sayangkan Panitia Tak Verifikasi Kesehatan Peserta
Peristiwa Senin, 05 Agu 2019 09:02 WIBjatimnow.com - Pelaksanaan Surabaya Marathon 2019 yang mengakibatkan dua peserta meninggal dari kategori 10 K disesalkan oleh Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo.
Kepala Humas RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Pesta Parulian menilai panitia dalam acara tersebut tidak detail melakukan pengecekan kondisi kesehatan para peserta.
Apakah layak mengikuti lari dalam kategori yang diikutinya.
Baca juga:
- Dua Peserta Surabaya Marathon 2019 Meninggal Dunia
- 2 Peserta Surabaya Marathon 2019 Meninggal Dunia, Ini Jawaban Panitia
- Salah Satu Korban Meninggal di Surabaya Marathon Mantan Atlet Judo
- 2 Peserta Surabaya Marathon Meninggal, Pemkot Ucapkan Bela Sungkawa
"Kami tentunya menyayangkan, ini acara kan besar dengan beban fisik yang juga besar. Mestinya panitia penyelenggara membuat satu sistem tentang kelayakan peserta," katanya, Minggu (4/8).
Menurutnya, kelayakan peserta untuk ikut berlari ada di panitia yang memiliki wewenang untuk menentukan kategori jarak apa yang dianjurkan oleh peserta itu sendiri. Bukannya memilih secara pribadi.
"Kelayakan itu untuk ikut atau mungkin pembagian kategori. Misalnya ini di di kategori ini (5 Kilometer) ini di kategori (10 Kilometer)," jelasnya.
Sejauh ini panitia hanya memasang pemberitahuan persyaratan wajib melampirkan pemeriksaan kesehatan. Namun hal itu ternyata tidak diiringi dengan verifikasi kondisi peserta sebenarnya di hari pelaksanaan.
"Kalau kita lihat di peraturan yang disebar di media siber kan ada peraturannya untuk wajib memeriksakan kesehatan. Tapi tidak diverifikasi apa memang kondisinya ini layak," ujarnya.
Selain itu panitia juga tidak melibatkan rumah sakit secara aktif dalam kepanitiaan. Sehingga pihaknya pun kesulitan untuk memonitor kondisi para pelari.
"Secara resmi koordinasi dalam bentuk kepanitiaan ya tidak ada. Panitia hanya meminjam ambulans dan minta disiapkan ambulans di acara tersebut. Kita sudah memenuhi. Tetapi kordinasi sebagai tim kita tidak ada," kata dia.
Pihak rumah sakit pun belum bisa memastikan apa penyebab pasti meninggalnya dua pelari. Karena dari pihak keluarga pun juga menolak untuk dilakukan otopsi atau visum.
"Dengan usia sedemikian dan berat badan sedemikian, dan tidak adanya tahapan-tahapan verifikasi seorang itu (layak) ikut di nomor (jarak lari) mana, ini semakin membuat kita sulit menentukan kira-kira orang ini kenapa," jlentrehnya.
Ia berharap di gelaran selanjutnya, panitia bisa melakukan evaluasi dengan melibatkan RSU dr Soetomo, agar hal serupa bisa lebih mudah diantisipasi.
"Kami sudah punya sistem penanggulangan darurat terpadu. Tentunya dengan acara sebesar ini, maunya kita ini dilibatkan lah. Sehingga semuanya bisa terantisipasi," tutupnya.