Kemeriahan Perayaan Natal di Balai Kota, Bukti Toleransi Warga Surabaya
Peristiwa Jumat, 12 Jan 2024 07:33 WIBjatimnow.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar perayaan natal di Taman Surya Balai Kota Surabaya, pada Kamis (11/1/2024) malam. Perayaan meriah itu dihadiri lebih dari 7.500 umat Kristiani.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bentuk toleransi yang ditunjukkan Pemkot kepada seluruh warga Surabaya.
"Saya bahagia betul malam ini. Saya merasa Surabaya menunjukkan sebagai kota toleransi yang tidak hanya di lisan tetapi dalam sikap," kata Eri kepada wartawan.
Eri menilai, Surabaya dengan beragam agama, ras, suku harus bisa menunjukkan rasa toleransi kepada semua warga surabaya. Karena menurutnya, pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman kepada semua umat beragama di kota Surabaya
"Kita ingin menunjukkan bahwa surabaya dalah kota yang penuh toleransi kota yang menghargai agama," ucapnya.
Lebih lanjut, Eri mengatakan, warga surabaya harus mencontoh para pahlawan kemerdekaan yang tidak melihat agama, ras, dan suku apapun. Namun, mereka bisa berjuang bersama dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Sebagai bentuk toleransi, lanjut Eri, Pemkot Surabaya akan konsisten menggelar perayaan hari besar dari setiap agama di balai kota.
"Ketika nanti ada hari besar umat Buddha umat Kristen, Konghucu kita akan lakukan di Kota Surabaya dan di balai kota ini. Jadi bukan hanya simbol ya," ujarnya.
"Kalau dulu kan simbol ketika Natal ada simbol apa di depan balai kota. Ketika ada Waisak Budha Hindu ada simbol apa. Tapi sekarang bukan simbol lagi, selain simbol kita akan adakan setiap tahun sebagai wujud toleransi di Kota Surabaya," imbuhnya.
Gelaran perayaan natal di balaikota Surabaya tersebut mendapat apresiasi dari Pendeta Gereja Mawar Sharon (GMS) Pastor Philip Mantofa.
Menurut Pastor Philip, apa yang dilakukan Pemkot Surabaya adalah sebuah kekuatan indah untuk membangun Surabaya. Toleransi yang ditunjukkan pemkot merupakan sebuah kedamaian bagi warga Surabaya.
"Malam ini kita melihat contoh nyata. Bagaimana Pak Eri tidak mau menganaktirikan siapa-siapa. Semua penduduknya adalah anaknya. Jadi segala agama, semua jalan hidup yang berbeda-beda, semua profesi yang tidak sama, semua itu kalau kita bisa menelusuri satu persatu merupakan kekuatan indah untuk bisa membangun kota. Damainya kota adalah damainya kita semua," kata Pastor Philip.