jatimnow.com - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur akhirnya buka suara terkait tulisan tangan Ahmad Dhani Prasetyo tentang NU yang dibagikan ke wartawan di Pengadilan Negeri Surabaya, Selasa (19/2/2019) lalu.
Surat Ahmad Dhani yang dibuat Ahmad Dhani di Rutan Medaeng itu berisi tentang jenis NU menurut pandangannya.
Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar mempersilahkan Dhani mengatakan apa saja. Namun, ia tetap ingin bertemu dengan Dhani untuk berbicara baik-baik dari hati ke hati.
Baca juga: Menteri ATR/BPN - PWNU Jatim Teken Kerja Sama Sertifikat Tanah Wakaf
"Monggo terserah dia mengatakan begitu, tapi kami ingin sekali ngomong baik-baik dari hati ke hati dengan Ahmad Dhani, sejam, dua jam, tiga jam," ungkap Kiai Marzuki di Kantor PWNU Jatim, Kamis (21/2/2019).
Jika pertemuan itu terwujud, Kiai Marzuki mengaku baru bisa menyimpulkan apa maksud dari Politisi Partai Gerindra itu menulis surat tentang NU.
Baca juga: Ahmad Dhani Tulis Surat Tentang NU dari Rutan Medaeng
"Setelah ngomong begitu, baru kami bisa menyimpulkan Ahmad Dhani itu kayak apa," lanjutnya.
Baca juga: Konferwil NU ke-18 di Jombang: Pemilihan Ketua PWNU Jatim hingga Bahtsul Masail
Lantas kapan rencana pertemuan tersebut? Kiai Marzuki mengatakan bahwa PWNU Jatim terbuka untuk siapapun. Termasuk Dhani jika ingin berkunjung suatu saat nanti.
Bahkan, ia mengatakan kebiasaan orang NU akan sowan dan hormat kepada seseorang yang dianggapnya guru, kiai atau yang lebih tua.
"Terserah dia, kalau NU kan dia ke sini, kalau hanya politik-politik, main-main, kan kita ndak tahu dia NU beneran atau tidak. Biasanya kalau NU beneran, kepada kiai hormat dia," tegasnya.
Bagi Kiai Marzuki, NU tak hanya wirid atau membaca Qunut usai Salat Subuh saja. Namun, santri atau kader NU memiliki rasa hormat yang tinggi kepada kiainya. Rasa tersebut pasti sudah tertanam di hati masing-masing.
Baca juga: PKS Jatim Sebar 200 Ribu Paket Daging di Momen Idul Adha 2024
"NU Qunut iya, NU Maulid iya. Tapi NU ndak hanya wiridan, qunut, masih ada yang lebih dari itu lagi, namanya hati warga NU, kader NU, santri NU itu terus terkait dengan itu, melanggar guru sedikit pun ndak berani," tambahnya.
Kiai Marzuki melanjutkan, seperti halnya patuhnya para sahabat kepada Rasulullah SAW. Sehingga apapun yang didapat bukan hanya ilmu tetapi keterpautan hati tidak putus.
"Seperti nggak beraninya sahabat melanggar Rasulullah SAW, sehingga yang didapat sahabat dari Rasulullah itu nggak hanya ilmu, tapi lebih dari itu keterpautan hati ndak pernah putus. Begitu juga nabi dengan Jibril dan seterusnya," tandasnya.