jatimnow.com - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur meminta kepada masyarakat untuk memaafkan dan tidak membesar-besarkan kasus penyebaran hoaks Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dilakukan Ustaz Supriyanto di Banyuwangi.
"Informasi yang saya terima dari kawan-kawan di sana bahwa itu bukannya kampanye. Tapi ada relawan-relawan dari salah satu pasangan capres yang mampir salat di sana. Usai Salat Duhur, sang imam diminta untuk memberikan tausiyah, memberikan motivasi kepada para relawan itu," ujar Wakil Ketua PWM Jawa Timur, Nadjib Hamid kepada wartawan di Kantor PWM, Jalan A Yani, Surabaya, Rabu (13/3/2019).
Menurutnya, sang imam itu kemungkinan melakukan secara spontan.
Baca juga: Golkar Jatim Mantap Usung Airlangga Jadi Capres 2024
"Nah, mungkin dia nggak paham materi yang disampaikan, tidak dalam standar KPU atau aturan main pemilu," katanya.
"Jadi saya kira hanya itu saking semangatnya disuruh. Tidak ada desain kampanye di masjid. Maka kalau itu khilaf, kita mintakan maaf kepada pihak-pihak yang merasa terganggu," tuturnya.
Nadjib menambahkan, di Organisasi Muhammadiyah jika ada yang berperilaku khilaf, maka dimaafkan.
"Saya kira di Muhammadiyah ini gampang. Kalau misalnya ada diketahui ada kekhilafan dalam perilakunya, kita sampaikan itu keliru dan ditegur untuk tidak mengulangi lagi," terangnya.
Mantan Komisioner KPU Kabupaten Ponorogo ini menambahkan, tidak melihat jabatan dari ustaz yang menyampaikan hal tersebut di Banyuwangi.
Baca juga: Jokowi dan Prabowo Bertemu, Ini Tanggapan Gubernur Khofifah
"Apapun itu, saya kira bukan jabatannya dia apa. Tapi karena posisinya waktu itu jadi imamnya. Saya kira itu nggak ada hubungan hirarki, nggak ada hubungan struktural bagi orang yang datang itu dengan kesempatan salat di situ, karena dia imam," ujarnya.
Ditanya apakah dari Organisasi Muhammadiyah akan melakukan pendampingan terhadap Ustaz Supriyanto yang juga Ketua PC Muhammadiyah Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi dan Imam Suherlan, Ketua Pemuda Muhammadiyah Kalibaru sekaligus Ketua PAN Kecamatan Kalibaru, Nadjib menjawab normatif.
"Saya kira kalau kasusnya khilaf begitu, ya saya kira semua pihak memahami dan memaafkan, karena tidak sengaja," tuturnya.
Mantan Komisioner KPU Jawa Timur ini meminta kasus ustaz di kampanye untuk tidak diperlebar.
Baca juga: Jokowi dan Prabowo Bertemu: Berpelukan hingga Naik MRT
"Kasus seperti itu kok diperlebar. Padahal menurut saya, karena ada tamu lalu minta tausiyah dari imam. Ya sesuatu yang karena didorong semangat yang luar biasa. Mungkin haluannya sama, pilihannya sama, sehingga semangat sekali atau mungkin euforia," sambungnya.
"Anggap saja itu khilaf dan nggak usah diperbesar diperlebar. Sebagai tindakan warga negara yang mungkin dia, saya yakin tidak mengerti aturan kapan diperbolehkan, di mana saja dan tidak boleh di mana saja," katanya.
Nadjib menambahkan, apa yang dilakukan Ustadz Supriyanto cukup diingatkan saja. Sebeb menurutnya, kasus di Banyuwangi tidak ada yang spektakuler.
"Saya tidak melihat ini sesuatu yang spektakuler. Saya lihat di tempat lain lebih parah juga banyak. Di gereja-gereja seperti di video-video itu kan lebih parah. Jadi, jangan juga didramatisir sebagai sesuatu yang luar biasa. Saya menyadari bahwa kemungkinan orang khilaf, saya kira sesuatu yang lazim saja," pungkasnya.