jatimnow.com - Pemerintah memprediksi bahwa kekeringan tahun ini lebih lama dari 2018 lalu. Berdasarkan data dari BMKG, musim kemarau akan terjadi pada Juli hingga Oktober mendatang. Bahkan, status kekeringan kali ini telah ditetapkan sebagai bencana darurat.
Musim kemarau membawa dampak kekeringan hampir di seluruh wilayah di Jawa Timur. Sekitar 25 kota/kabupaten di Jawa Timur terdampak kekeringan. Lebih parah lagi, dampak kekeringan ini menyebabkan ratusan hektar sawah di Jawa Timur terancam gagal panen.
"Kekeringan jadi awal mula krisis pangan, ketiadaan air bersih layak konsumsi dan bahan makanan. Hal ini bisa mengakibatkan bencana selanjutnya, yaitu kelaparan. Apabila tidak ditangani, kondisi ini perlahan dapat berdampak pada kematian," kata Kepala Program ACT Jatim, Dipo Hadi dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (19/8/2019).
Baca juga: Usut Aliran Dana ACT, BNPT Lakukan Kerjasama Internasional
Dalam menghadapi bencana kekeringan ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Timur telah menyalurkan bantuan air bersih di beberapa daerah seperti Pacitan, Bojonegoro, Pamekasan, Sampang dan Banyuwangi.
Baca juga: Izin Dicabut Kemensos, Kantor ACT di Madiun Masih Beroperasi
Air bersih yang diberikan umumnya digunakan masyarakat untuk kebutuhan primer mereka, yakni minum dan memasak.
Selanjutnya, ACT Jatim terus berkomitmen untuk mendistribusikan air bersih ke seluruh penjuru Jatim seperti Pasuruan, Malang, Bangkalan, Jember, dan beberapa daerah lainnya. Satu juta liter air bersih akan disalurkan ke beberapa daerah kekeringan di Jawa Timur.
"Diperlukan sinergi antar pengampu kebijakan untuk mengatasi masalah kekeringan yang hampir setiap tahun ada. Semakin banyak kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam menangani bencana kekeringan ini, maka akan semakin cepat penyelesaiannya. Dan tentu saja dapat meringankan beban saudara-saudara kita yang terdampak bencana," ujarnya.
Baca juga: ACT Masifkan Operasi Pangan Gratis dan Distribusi Kurban di Masa PPKM Darurat