jatimnow.com - Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin atau Mas Ipin berbagi pengalaman mengenai penanganan permasalahan kemiskinan saat mendapat kunjungan teman sejawat, Wakil Bupati Blora, Arief Rohman dan jajaran, Kamis (24/10/2019).
Kunjungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora, Jawa Tengah ke Trenggalek ini dalam rangka melakukan studi tiru Program Tengok Bawah Masalah Kemiskinan dan Kerentanan (GERTAK) Kabupaten Trenggalek, yang menjadi salah satu program rujukan nasional untuk permasalahan kemiskinan.
"Saya tidak pernah saat melakukan kunjungan kerja dengan tim selengkap ini, salut buat beliau," kata Bupati Nur Arifin saat menyambut tamunya di ruang Paringgitan Pendopo Manggala Praja Nugraha Trenggalek.
Baca juga: Sidak RSUD dr Soedomo, Bupati Arifin Senang Perbaikan Layanan Mulai Terasa
Bupati termuda ini menceritakan bagaimana awalnya dirinya bersama Bupati Trenggalek terdahulu, Emil Dardak membuat inovasi penanganan kemiskinan ini hingga GERTAK ini menjadi sebuah program penanganan kemiskinan terpadu.
"GERTAK ini datangnya tiba-tiba, karena ketika kami dilantik sudah berada dipertengahan tahun," ungkapnya.
GERTAK ini bukannya program melainkan sebuah gerakan gotong royong, yang melibatkan keikutsertaan banyak pihak.
"Dalam program GERTAK ini yang banyak rekomendasinya adalah masalah kesehatan, karena ketika sehat itu orang tidak bingung, namun ketika sakit orang bisa jatuh miskin atau mengaku miskin. Selain itu juga ada sebagaian kalau buat pulsa mau bayar namun kalau untuk BPJS tidak mau bayar," terangnya.
Baca juga: Novita Hardini Bagikan Kiat dan Formula Berbisnis Kelas Perempuan Maju Digital
GERTAK Trenggalek melibatkan hampir semua OPD untuk berkolaborasi, bekerja secara keroyokan. Setiap kebijakan yang mau diambil Bupati Trenggalek ini menghimbau kepada setiap dinas untuk selalu tengok kebawah siapa yang mau di sasar, sehingga GERTAK ini tidak hanya slogan saja.
"Ada stakeholder kunci dalam GERTAK ini, yaitu BAZNAS. Karena ketika berbicara kemiskinan pasti mengacu berdasarkan data BPDT. Sedangkan data tersebut kadang tidak sesuai realita dan warga miskin diluar data BPDT itu masih banyak. Hal ini memaksa kami untuk mencari anggaran diluar Pemerintah. Waktu itu saya hanya kepikiran BAZNAS saja," lanjutnya.
Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) diminta sedekah yang ada untuk disumbangkan ke BAZNAS dan selanjutnya digunakan untuk penanganan kemiskinan di Trenggalek.
Suami Novita Hardini ini sempat bercerita bagaimana awal dirinya masuk kedalam Pemkab Trenggalek. Uang yang masuk ke BAZNAS ada Rp 8 juta per bulan dan kini sudah berubah drastis menjadi Rp 400 juta per bulan dan digunakan untuk penanganan kemiskinan di Trenggalek.
Baca juga: Bupati Trenggalek Sowan Sri Sultan Hamengkubuwono X, Ini yang Dibicarakan
"Cara ini dipilih, dikarenakan untuk menggunakan dana APBD prosesnya terlalu panjang dan eksekusinya akan memakan waktu, karena harus diusulkan terlebih dahulu. Sedangkan dengan BAZNAS ini penanganan kemiskinan bisa dilakukan dengan cepat," terangnya.
Bapak tiga anak ini juga bercerita bagaimana sebuah komunitas di sebuah sosial media, yang suka mengkritisi pemerintah tanpa memberikan solusi diajak berperan dalam penanganan kemiskinan ini.
Dinamakan 'Pasukan Pink' para relawan ini diajak peran aktifnya untuk bersedekah informasi dan tenaganya. Mereka bertugas untuk memverifikasi usulan yang masuk dengan fakta di lapangan. Termasuk menyaring informasi dari bawah untuk diusulkan ke Posko GERTAK.
"Hal ini menjadi kolaborasi yang apik untuk penanganan kemiskinan di Trenggalek dan yang membanggakan lagi relawan ini bekerja tulus tanpa digaji oleh pemerintah," tandas Bupati Trenggalek ini.